Terkendala Medan, Evakuasi Korban Insiden Papua Terus Dilakukan

Reporter

Tempo.co

Senin, 10 Desember 2018 14:57 WIB

Prajurit TNI dan Polri mengusung peti jenazah korban KKB di Bandara Moses Kilangin Timika, Mimika, Papua, Jumat, 7 Desember 2018. Dalam insiden penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata di Kabupaten Nduga, 19 orang pekerja dan seorang tentara dinyatakan meninggal. ANTARA/Jeremias Rahadat

TEMPO.CO, Jakarta - Proses evakuasi korban penyerangan para pekerja PT Istaka Karya di Kabupaten Nduga, Papua oleh kelompok bersenjata masih dilakukan. Sejauh ini, tim gabungan TNI dan Polri telah menemukan 17 jenazah.

Jenazah terakhir adalah jenazah pria berambut panjang yang ditemukan di dalam hutan lereng puncak gunung Kabo. Hari ini, jenazah yang belum diketahui identitasnya itu dibawa ke Wamena untuk diidentifikasi.

Baca: TNI Pastikan Tak Ada Operasi Militer di Papua

Hari ini, tim menemukan tiga pekerja Balai Desa Yigi, Kabupaten Nduga yang selamat. Ketiganya adalah Petrus Tondi, 42 tahun, Toding Allo (20) dan Saputra (26).

"Kondisi ketiga pekerja itu sehat dan sementara masih berada di Pos Yigi," kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar AM Kamal pada Senin, 10 Desember 2018.

Advertising
Advertising

Pencarian para korban masih berlanjut, Kamal mengatakan pencarian melibatkan 40 personel TNI dari Yonif 751 dan 20 personel Brimob. Mereka melakukan penyisiran di hutan sekitar lokasi penyerangan di puncak Kabo, Kabupaten Nduga.

Baca: Proyek Trans Papua Diteruskan dengan Jaminan Peningkatan Keamanan

Saat ini, tim masih mencari dua orang pekerja Istaka Karya. Pada Ahad, 2 Desember lalu, sekitar 28 pekerja diserang oleh kelompok bersenjata. Dari jumlah itu, sebanyak 14 orang langsung meninggal di lokasi kejadian.

Adapun sisanya berupaya menyelamatkan diri. Namun hanya empat orang yang berhasil mencapai Pos TNI Yonif 755 di Mbua. Lima orang lainnya diketahui dibantai oleh kelompok bersenjata.

Dalam proses evakuasi itu, Kamal sekaligus meluruskan bahwa tim gabungan tidak melakukan penumpasan di sana. "Karena ini bukan operasi militer, yang dilakukan Polri dan TNI adalah murni penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan dan sasarannya jelas adalah para pelaku pembunuhan terhadap para pekerja jalan yakni Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB dibawah pimpinan Egianus Kogoya," kata dia.

Baca: TNI: Justru Kelompok Bersenjata Menyerang saat Proses Evakuasi

Sementara itu, dalam proses pencarian korban itu tim gabungan terkendala kondisi geografis dan cuaca yang setiap saat berubah-ubah. "Kondisi geografis yang sangat luas, cuaca ekstrem, itu semua kesulitan yang kami alami," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan pada Senin, 10 Desember 2018.

Dedi menyebut, banyaknya gunung, lereng, hutan, dan perbukitan itu yang paling menyulitkan dalam pengejaran kelompok bersenjata. "Apalagi mereka lebih paham medan," kata dia.

Selain itu, minimnya alat komunikasi juga menjadi faktor yang menjadi hambatan. Sesama anggota hanya bisa menggunakan HT. "Itu pun sangat terbatas juga jangkauannya," kata Dedi.

Sebelumnya Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Letnan Kolonel Infanteri Dax Sianturi juga mengatakan pihaknya terkendala kondisi medan dan cuaca. "Karena terkendala medan yang berupa hutan lebat dan cuaca yang berubah-ubah," ujarnya.

Selama melakukan proses evakuasi, tim pun sempat terlibat baku tembak dengan kelompok bersenjata. Akibatnya, seorang anggota Brimob terluka.

Dax pun menggambarkan bahwa lokasi pembantaian di bukit puncak Kabo adalah kawasan hutan yang terletak sekitar 4 sampai 5 kilometer dari pinggir kampung terdekat. "Jadi bila ternyata ada laporan telah jatuh korban akibat kontak tembak tersebut maka dapat dianalisa bahwa korbannya bukan warga sipil murni tapi mungkin saja mereka adalah bagian pelaku yang telah melaksanakan pembantaian," kata dia.

Baca: Sejumlah Warga Nduga, Papua, yang Mengungsi Kembali ke Kampung

Penyerangan oleh kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya dari Organisasi Papua Merdeka dilakukan karena mereka tak terima pembangunan jalan Trans Papua. "Prinsipnya kami berjuang menolak semua program pembangunan di Papua Barat. Kami hanya menuntut kemerdekaan," kata juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom. TPNPB adalah sayap militer OPM.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memastikan proyek jalan Trans Papua akan tetap berlanjut. Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha (RPU) Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro menjelaskan, sesuai arahan Kementerian PUPR dan Presiden Jokowi bahwa proyek tersebut akan dilanjutkan dengan jaminan peningkatan keamanan. "Kita sudah membuat kesepakatan dengan Panglima TNI dan Kapolri untuk mengawal keamanan di kawasan tersebut," kata dia.

ANTARA | ANDITA RAHMA

Berita terkait

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

4 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

9 jam lalu

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

Aleksander Parapak tewas ditembak kelompok bersenjata TPNPB-OPM saat penyerangan Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

12 jam lalu

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

Polda Papua akan mengirim pasukan tambahan setelah penembakan dan pembakaran SD Inpres oleh TPNPB-OPM di Distrik Homeyo Intan Jaya.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

12 jam lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

20 jam lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

1 hari lalu

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

Tes Kompetensi Dasar (TKD) Penerimaan Calon Taruna Akademi TNI 2024 menggunakan computer assisted test (CAT) Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

1 hari lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

10 Anggota Gengster di Tangsel Ditangkap Setelah Serang dan Lukai 2 Orang di Bintaro

1 hari lalu

10 Anggota Gengster di Tangsel Ditangkap Setelah Serang dan Lukai 2 Orang di Bintaro

Polisi menangkap 10 anggota gengster di Tangsel setelah menyerang dan melukai dua orang di Bintaro.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

1 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

1 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya