Jeda Perang Dagang, Xi dan Trump Tak Bahas Isu Krusial Ini

Selasa, 4 Desember 2018 15:29 WIB

Presiden Cina Xi Jinping saat acara makan siang bersama dengan Presiden Donald Trump setelah pertemuan KTT G20 di Buenos Aires, Argentina, 1 Desember 2018. REUTERS/Kevin Lamarque

TEMPO.CO, Jakarta - Kesepakatan perang dagang Amerika Serikat dan Cina dihentikan selama 90 hari memunculkan berbagai analisa yang mengarah pada ketidakjelasan proses, tidak dibahasnya sejumlah hal krusial, dan ketidakyakinan perang dagang kedua negara akan berhenti permanen.

Menurut laporan Boston Globe, Selasa, 4 Desember 2018, 48 jam setelah kesepakatan jeda perang dagang selama 90 hari presiden Donald Trump menunjuk veteran negosiator dagang yang sangat skeptis terhadap Cina, Robert Lighthizer, sebagai pemimpin negosiasi AS untuk selanjutnya.

Baca: 4 Kesepakatan dari Penghentian Sementara Perang Dagang AS-Cina

Pilihan Trump pada Lighthizer, menjadi tantangan mengingat dia dikenal sosok garis-keras yang menyarangkan Trump untuk menggunakan penghukuman tarif untuk memaksa Cina berubah. Dia sejak lama dikenal pengkritik perdagangan Cina dan berulang kali mengingatkan Trump untuk tidak menerima janji-janji samar yang gagal dijalankan.

Trump tidak memilih Steven Mnuchin, Menteri Keuangan, yang selama ini berusaha menyakinkan Trump untuk menghindari perang dagang. Ia juga dijuluki terlalu lunak terhadap Cina oleh anggota tim ekonomi Trump, Navarro.

"Bicara itu mudah. Apa yang kita cari bukan semakin banyak bicara, tapi pada akhir 90 hari bahwa kami melihat perubahan struktur ril dan dapat diverifikasi yang aktual, yang dapat diverifikasi, dan hasilnya secepatnya, kata Navarro seperti dikutip dari Boston Globe, 4 Desember 2018.

Advertising
Advertising

Komunitas bisnis Amerika di Cina prihatin tentang masa depan di tengah gesekan perdagangan dan perselisihan antara AS dan Cina.

Baca: Cina dan Amerika Serikat Sepakat Hentikan Perang Dagang

Persaingan di bidang teknologi dalam kebijakan industri Beijing dengan programnya bertajuk Made in China 2025 diperkirakan akan menimbulkan pertikaian baru dengan Amerika Serikat.

Mengutip CNBC, Selasa, 4 Desember 2018, Washington telah menuding Cina mengenai transfer teknologi dan diam-diam mendukung pelanggaran hak cipta dan kejahatan siber, namun isu-isu ini tidak dimuncuplkan dalam kesepakatan jeda perang dagang pada Sabtu lalu di sela KTT G20 di Argentina.

Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump menyepakati untuk mencabut sejumlah aturan tarif yang telah dilaksanakan selama 3 bulan perang dagang berlangsung.

Cina juga akan lebih memperluas pengawasan peredaran fentanyl, sintetis dengan zat opied yang 50 kali lebih memberi efek kecanduan dibandingkan heroin yang memuat ribuan orang tewas overdosis di Amerika Serikat.

"Namun, tidak jelas bagaimana kesepakatan di G20 akan menyelesaikan isu yang berkaitan dengan perlindungan hak cipta dan transfer teknologi di Cina," ujar ekonomi dari Prancis.

Perang dagang Cina-AS yang dipicu sepihak oleh Amerika Serikat menyebabkan kekhawatiran bagi banyak pemasok suku cadang mobil di Detroit, Michigan. CCTV

Baca: Perang Dagang Cina - Amerika Bisa Berdampak ke Seluruh Bisnis

Peristiwa yang juga tidak disinggung sama sekali dalam kesepakatan jeda perang dagang ini adalah soal sengketa di Laut Cina Selatan.

Baik Xi maupun Trump tidak membahas sengketa dalam memperebutkan penguasaan atas kawasan Laut Cina Selatan yang kaya mineral. Sebaliknya, justru Xi dan Trump mendiksusikan tentang Taiwan, Korea Utara, dan fentanyl.

Dalam sengketa perebutan Laut Cina Selatan, Amerika mengecam pembanguNan militer Cina di kawasan itu dan mengirimkan kapal perangnya mendekati Cina yang memicu protes dari Beijing.

"Cina menekankan kepentingannya pada perairan maritim, sementara AS memasukkan pentingnya kebebasan navigasi. Ini poin awal yang berbda dan tidak dapat dengan mudah didamaikan," kata pengamat militer di Hong Kong, Song Zhongping kepada South China Morning Post, 4 Desember.

Penghentian sementara perang dagang AS dan Cina masih menyisakan sejumlah tanda tanya bahkan kecurigaan tentang kesungguhan kedua belah pihak untuk berdamai.

SOUTH CHINA MORNING POST | BOSTON GLOBE | CNN

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

14 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Luhut Jamin Hubungan Indonesia-Cina Makin Mesra di Pemerintahan Berikutnya

12 hari lalu

Luhut Jamin Hubungan Indonesia-Cina Makin Mesra di Pemerintahan Berikutnya

Luhut menjamin hubungan Indonesia-Cina akan semakin kuat pada periode pemerintahan berikutnya. Ada beberapa proyek kerjasama yang akan dilanjutkan.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

14 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

22 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Presiden Cina Xi Jinping: Tak Ada yang Bisa Hentikan Reuni Keluarga dengan Taiwan

23 hari lalu

Presiden Cina Xi Jinping: Tak Ada yang Bisa Hentikan Reuni Keluarga dengan Taiwan

Presiden Cina Xi Jinping mengatakan kepada mantan presiden Taiwan Ma Ying-jeou bahwa tidak ada yang dapat menghentikan reuni kedua sisi Selat Taiwan

Baca Selengkapnya

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

24 hari lalu

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

Pengunjuk rasa di Manila menginjak-injak patung Presiden Cina Xi Jinping saat protes menentang "agresi" Cina di Laut Cina Selatan.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

25 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Belum Sah Jadi Presiden, Prabowo Sudah Safari Ke Luar Negeri Bertemu Xi Jinping Hingga Anwar Ibrahim

28 hari lalu

Belum Sah Jadi Presiden, Prabowo Sudah Safari Ke Luar Negeri Bertemu Xi Jinping Hingga Anwar Ibrahim

Prabowo yang diumumkan sebagai Presiden terpilih sudah bertemu dengan sejumlah petinggi negara mulai dari Xi Jinping hingga Anwar Ibrahim.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

29 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya