Tensi Perang Dagang Meningkat, Cina Genjot Investasi di RI

Rabu, 28 November 2018 12:41 WIB

Pengunjung melihat salah satu stan pembangunan jalan tol di pameran Indonesia Infrastruktur Week (IIW) 2018, Kemayoran, Jakarta, 1 November 2018. IIW 2018 mengadopsi konsep Show Within a Show dengan membawa enam pameran dagang vertikal dalam ruang lingkup sektor infrastruktur, yaitu InfraEnergy Indonesia, InfraPorts Indonesia, InfraSecurity Indonesia, InfraRail Indonesia, InfraWater Indonesia, dan Special Economic & Industrial Zones (SEIZ). TEMPO/Muhammad HIdayat

TEMPO.CO, Jakarta - Profesor keuangan dari Renmin University of China, Wang Wen, memperkirakan tren peningkatan investasi Cina ke Indonesia bakal berlanjut dan membesar. Dengan konsumsi yang berkontribuasi sebesar 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi, Indonesia merupakan pasar menggiurkan. Pada saat yang sama, peluang ekspor Indonesia ke Cina—tahun lalu mencapai US$ 23 miliar—bakal meningkat.

Baca: Cerita Jokowi soal Upaya RI Jembatani Perang Dagang AS-Cina

Wen tak menampik bahwa geliat investasi Cina ke Indonesia merupakan bagian dari cara mencari pasar baru akibat imbas perang dagang dengan Amerika Serikat. “Tapi terus terang, kami di Cina tak sepanik itu. Kami cuma sebut berkonflik dengan satu negara tanpa harus melibatkan negara lainnya,” kata Wen dalam peringatan lima tahun kerja sama bilateral di Jakarta, Selasa, 27 November 2018.

Berbagai sentimen seperti perang dagang membuat laju perekonomian Cina terus melambat. Dampak serupa dialami perekonomian global. Biro Statistik Nasional Cina melansir pertumbuhan ekonomi negeri tersebut hanya 6,5 persen—level terendah sejak krisis keuangan global 2008–2009. Tak hanya dipicu faktor eksternal, merosotnya laju perekonomian Cina disebabkan permintaan domestik yang loyo.

Duta Besar Cina untuk Indonesia, Xiao Qian, memastikan negaranya akan terus menambah investasi di Indonesia. “Modal investasi kami di Indonesia meningkat hingga US$ 3,36 miliar,” kata Qian.

Advertising
Advertising

Qian mengatakan Indonesia merupakan partner strategis bagi Cina. Kedua kepala negara, Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden Xi Jinping, telah tujuh kali berbalas kunjungan dan berbincang di berbagai kesempatan. Belum lama ini keduanya bersepakat memperpanjang perjanjian pertukaran pokok serta suku bunga rupiah dan renminbi sebesar US$ 200 miliar untuk menjamin kemudahan investasi dan perdagangan kedua negara.

Melansir data Badan Koordinasi Penanaman Modal, nilai realisasi foreign direct investment (FDI) Cina ke Indonesia memang terus bertumbuh. Pada 2015, investasi Cina hanya senilai US$ 600 juta. Nilai tersebut melonjak hingga lebih dari lima kali lipat pada tahun lalu yang mencapai US$ 3,36 miliar—atau setara Rp 48,7 triliun dengan kurs 14.504 per dolar AS. Penanaman modal tersebut meliputi 2.668 proyek.

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah sangat terbuka terhadap investasi Cina. Pemerintah, kata dia, terus memperbaiki kemudahan berinvestasi seperti penerapan sistem perizinan online terpadu online single submission (OSS). “Tapi tak hanya investasi, negara (Indonesia) juga ingin nilai tambah seperti kewajiban transfer teknologi dan ilmu,” ujar Luhut

Luhut mengatakan Cina memang selalu menjadi salah satu rujukan pendanaan pembangunan. April lalu, dia secara khusus menjadi utusan negara untuk menawarkan 15 proyek ke Cina. Promosi investasi juga dilakukan ke sejumlah negara lainnya. “Cina memang penting, tapi bukan berarti kami mengandalkan dari satu negara saja,” ujar dia.

Baca: Selain Investasi, Luhut Ingin Cina Transfer Teknologi ke Indonesia

Presiden Joko Widodo mengatakan tensi tinggi antara Cina dan Amerika Serikat bisa dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas perekonomian negara. Tak hanya pendekatan ke Cina, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri juga intens membuka jalur produk Indonesia untuk menggantikan produk Cina yang didaftarhitamkan. “Sulit untuk menjembatani kedua negara tersebut, sikap Indonesia berada di tengah-tengah,” kata Jokowi.

DIAS PRASONGKO | HENDARTYO HANGGI

Berita terkait

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

1 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

2 jam lalu

Kejati Bali Buka Peluang Kembangkan Kasus Pemerasan Bendesa Adat ke Investor Lain

Kejaksaan Tinggi membuka peluang mengembangkan kasus dugaan pemerasan Bendesa Adat di Bali.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

18 jam lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

18 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

19 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

19 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

23 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

1 hari lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya