Jamal Khashoggi Tewas, Sejumlah Kejanggalan Terungkap

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 23 Oktober 2018 12:00 WIB

Wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi (lingkar merah), diperiksa petugas saat tiba di Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018. Jamal Khashoggi dikenal sebagai kolumnis surat kabar dan komentator yang kritis terhadap rezim Arab Saudi saat ini, Mohammed bin Salman. Courtesy TRT World/Handout via Reuters

TEMPO.CO, Riyadh - Kasus tewasnya kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, menjadi perhatian global sejak merebak pada awal Oktober 2018.

Baca:

Ajudan MBS Diduga Arahkan Pembunuhan Jamal Khashoggi Lewat Skype

Dunia internasional termasuk pemerintah Indonesia mendesak pemerintah Arab Saudi untuk bersikap transparan dalam mengungkap penyebab tewasnya jurnalis senior itu, menyerahkan jasad korban dan menangkap serta menghukum para pelaku yang terlibat.

Advertising
Advertising

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Aljubeir mengunjungi Presiden Joko Widodo pada Selasa, 22 Oktober 2018 untuk membahas kerja sama hubungan bilateral kedua negara termasuk bantuan untuk bencana alam.

Dalam pembicaraan keduanya, Jokowi menyinggung penanganan kasus ini. "Presiden menyampaikan keprihatinan atas kasus itu dan Indonesia mengharapkan investigasi yang sedang dilakukan dapat dilakukan dengan transparan dan seksama," kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi seusai mendampingi Jokowi bertemu Adel di Istana Bogor.

Terkait kasus ini, pemerintah Arab Saudi baru mengakui Jamal Khashoggi, 60 tahun, tewas sekitar dua pekan setelah jurnalis ini terekam kamera closed-circuit television terlihat melangkah masuk ke kantor Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober 2018.

Baca: Regu Pembunuh Jamal Khashoggi Bernama Pasukan Harimau

Sebelumnya, Saudi selalu mengatakan Khashoggi telah meninggalkan kantor konsulat seusai mengurus dokumen. Saat itu, Khashoggi memang sedang mengurus dokumen untuk persiapan pernikahannya dengan tunangannya seorang gadis Turki yaitu Hatice Cengiz.

Penjelasan Saudi ini bermasalah karena Cengiz, yang menunggu di luar konsulat dan membawa ponsel Khashoggi, tidak pernah bertemu lagi dengan tunangannya itu setelah masuk ke konsulat.

Jamal Khashoggi dan Hatice Cengiz. [habersev.com]

Kabar raibnya Khashoggi, tidak berapa lama kemudian, menghiasi berita di berbagai media massal global. Mayoritas berita melansir penjelasan anonim dari pejabat pemerintah dan intelijen bahwa ada dugaan kuat Khashoggi telah tewas di kantor konsulat Saudi.

Baca: Jamal Khashoggi Tewas, Penasehat Erdogan Ragukan Arab Saudi

Dugaan kuat ini dilansir media global seperti Anadolu dari Turki, dan New York Times, CNN dan Washington Post dari Amerika Serikat berdasarkan penjelasan anonim dari sejumlah pejabat pemerintah dan intelijen di negara masing-masing.

Pada 2 Oktober 2018, media melansir, ada dua pesawat sewaan mendarat di bandara di Istanbul berisi 15 orang Saudi, termasuk sejumlah pejabat intelijen.

Mereka langsung menuju konsulat Saudi. Menurut versi kementerian Luar Negeri Arab Saudi, mereka ini ingin menemui Khashoggi dan mengajaknya pulang ke negaranya. Khashoggi memang dikenal sebagai jurnalis kritis yang kerap mengkritik kebijakan pemerintah Arab Saudi khususnya Putra Mahkota Mohammed Bin Salman.

Baca: Arab Saudi Bentuk Pasukan Online Serang Jamal Khashoggi di Medsos

Namun, menurut kemenlu Saudi, diskusi antara Khashoggi dan para penjemputnya di konsulat mengalami eskalasi hingga terjadi perkelahian, yang menewaskan jurnalis senior itu.

Kemenlu menyatakan para pelaku berusaha menutup-nutupi kasus ini. 18 orang Saudi telah ditangkap terkait kasus ini dengan 5 pejabat tinggi diberhentikan. Ini termasuk Deputi Kepala Intelijen Arab Saudi yaitu Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri.

Sebaliknya, media massa global melansir isi dua rekaman pembicaraan antara Khashoggi dengan para pembunuhnya di dalam konsulat baik yang terekam jam tangan Apple yang dikenakan Khashoggi dan sebuah rekaman audio lain.

Isi rekaman ini menunjukkan Khashoggi mengalami interogasi keras yang berujung tindak kekerasan penyiksaan lalu pembunuhan. Interogasi ini terjadi di ruang Konsul Jenderal Saudi Mohammed al-Otaibi.

Sejumlah jurnalis freelance Indonesia melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jakarta, Jumat, 19 Oktober 2018. Aksi ini menuntut kejelasan atas hilangnya jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, setelah memasuki Konsulat Jenderal Arab Saudi di Turki pada 2 Oktober lalu. TEMPO/Muhammad Hidayat

Otaibi sempat meminta para pelaku untuk keluar membawa Khasoggi agar konsulat tidak terlibat masalah. Pelaku malah mengancam al-Otaibi agar diam jika dia ingin selamat saat kembali ke Saudi.

Para pelaku lalu membawa paksa Khashoggi ke ruang lain dan menyuntiknya dengan cairan berbahaya. Seorang dokter forensik Salah Mohammed al-Tubaigy diduga kuat melakukan mutilasi terhadap tubuh Khashoggi untuk menghilangkan jejak.

Hingga kini jasad Khashoggi belum ditemukan. Satu versi mengatakan jasad itu diserahkan kepada operator lokal untuk dihilangkan dengan dibuang ke sebuah hutan.

Versi lain menyebut ada kemungkinan jasad Khashoggi telah dibawa ke Saudi dengan sebuah koper besar. Ini terlihat dari koper besar yang dibawa seorang petugas intelijen Maher Abdulaziz Mutrib, yang juga merupakan pengawal Putra Mahkota Arab Saudi.

Mutrib terekam kamera CCTV di Bandara Attartuk pada sore hari. "Mutrib yang membawa paspor diplomatik muncul tergesa-gesa," kata sumber itu seperti dilansir Middle East Eye. Satu pesawat sewaan meninggalkan Turki pada sore hari. Dan satu pesawat lagi terbang dari Turki pada malam hari.

Hingga kini, pemerintah Saudi mengaku tidak mengetahui di mana jasad Khashoggi. Dan penjelasan ini semakin menimbulkan tanda-tanya.

Tiga Menteri Luar Negeri Inggris, Prancis, dan Jerman, mengeluarkan pernyataan bersama pada Ahad, 21 Oktober 2018, pasca penjelasan pemerintah Arab Saudi pada Jumat, 19 Oktober 2018, bahwa Khashoggi tewas setelah terjadi perkelahian melawan 15 orang di kantor Konjen itu.

Presiden Donald Trump bersama dengan Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, 20 Maret 2018. REUTERS/Jonathan Ernst/File Photo

“Tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan ini dan kami mengecamnya dengan pernyataan paling keras,” begitu bunyi pernyataan dari Menlu Inggris, Jeremy Hunt, Menlu Prancis, Jean-Yves Le Drian, dan Menlu Jerman, Heiko Maas seperti dilansir Anadolu pada Senin, 22 Oktober 2018.

Mereka juga mengatakan,”Tapi tetap ada kebutuhan mendesak untuk klarifikasi mengenai apa yang terjadi pada 2 Oktober – di luar hipotesis yang disampaikan oleh investigasi Saudi, yang membutuh dukungan fakta agar dianggap kredibel.”

Keraguan juga disampaikan penasehat Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yaitu Yasin Aktay, lewat sebuah tulisan artikel di media Yeni Safak.

“Orang bakal merasa keheranan bagaimana bisa terjadi perkelahian antara 15 orang yang ahli berkelahi melawan seorang Khashoggi yang berusia 60 tahun, sendiri, tidak berdaya,” kata Yasin Aktay, penasehat Presiden Erdogan di Partai Keadilan dan Pembangunan Turki, seperti dilansir Reuters pada Senin, 22 Oktober 2018.

Erdogan dikabarkan bakal mengungkap secara detil kasus ini dalam pasca pertemuannya dengan Partai Keadilan dan Pembangunan Turki pada Selasa, 23 Oktober 2018. Erdogan dan Presiden AS Donald Trump juga bersepakat agar kasus ini diungkap saat berbicara dalam sambungan telepon.

Pemerintah Amerika Serikat mendesak agar kasus ini segera diungkap ke publik secara transparan. Presiden Donald Trump, yang terkesan bersimpati terhadap Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, mengakui ada kebohongan dan penipuan dalam kasus ini.

Dalam pernyataan terbarunya di Twitter mengenai tewasnya Jamal Khashoggi, kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan para pelaku akan dihukum. “Putra Mahkota tidak tahu menahu soal operasi ini. Kami tidak pernah terlibat dalam perilaku seperti itu dan tidak akan pernah terlibat,” kata Adel al-Jubeir, Menteri Luar Negeri Saudi dalam cuitan di akun Twitter @Ksmofaen.

Berita terkait

Menag Yaqut Ingatkan Jemaah Haji Antisipasi Cuaca Panas di Arab Saudi: Bisa Capai 50 Derajat

1 hari lalu

Menag Yaqut Ingatkan Jemaah Haji Antisipasi Cuaca Panas di Arab Saudi: Bisa Capai 50 Derajat

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, mengimbau jemaah haji menjaga kesehatan untuk mengantisipasi cuaca panas di Arab Saudi.

Baca Selengkapnya

Catat Ini Penempatan Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah dan Madinah

1 hari lalu

Catat Ini Penempatan Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah dan Madinah

Penempatan akomodasi jemaah haji Indonesia di Madinah berada pada wilayah Markaziyah Syimaliyah, Markaziyah Gharbiyah, dan Markaziyah Janubiyah.

Baca Selengkapnya

Cek Persiapan Layanan Haji, Menag Terbang ke Arab Saudi Hari ini

1 hari lalu

Cek Persiapan Layanan Haji, Menag Terbang ke Arab Saudi Hari ini

Tahun ini, Indonesia mendapat 241.000 kuota haji, terdiri atas 213.320 jemaah haji reguler dan 27.680 jemaah haji khusus.

Baca Selengkapnya

Keras, Arab Saudi Ultimatum Israel Agar Tak Serang Rafah

1 hari lalu

Keras, Arab Saudi Ultimatum Israel Agar Tak Serang Rafah

Arab Saudi menekan Israel agar tak menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

4 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

5 hari lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

5 hari lalu

Media AS Sebut Arab Saudi Tangkap Warganya yang Kritik Israel soal Gaza

Menurut media asal AS, Arab Saudi menangkap warganya karena mengkritik Israel di media sosial terkait perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

6 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

6 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

6 hari lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya