Warga Filipina Dukung Perang Narkoba, Tolak Praktek Pembunuhan

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 16 Oktober 2018 11:57 WIB

Elvira Miranda, ibu dari Leover Miranda dari korban tewas akibat narkoba menangis dekat peti mati anaknya saat upacara pemakaman di Manila, Filipina, 20 Agustus 2017. AP

TEMPO.CO, Manila - Perang narkoba, yang menjadi program Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menimbulkan dilema bagi para pendukungnya sendiri.

Baca:

Ini dialami Bitoy Paras, bukan nama sebenarnya, yang merupakan seorang pengguna narkoba dan sedang menjalani hukuman di penjara di ibu kota Manila.

Paras merasa bersemangat saat bercerita mengenai dukungannya kepada program perang melawan narkoba, yang menjadi janji kampanye Duterte. Namun, dia mengaku berkeberatan dengan jatuhnya korban jiwa dari kalangan masyarakat akibat perang narkoba ini.

Advertising
Advertising

“Duterte bicara keras, mengatakan dia akan menyingkirkan para pecandu. Saya bahagia dia melakukan itu sekarang,” kata Paras seperti dilansir Channel News Asia pada Ahad, 14 Oktober 2018.

Baca:

“Tapi saya merasa tidak senang dengan pembunuhan-pembunuhan itu,” kata Paras, 22 tahun, yang tadinya berprofesi sebagai penarik becak.

Sikap mendua Paras ini mencerminkan sikap jutaan warga Filipina, yang menurut survei mendukung program antinarkoba tapi menolak berbagai pembunuhan para pemakai dan bandar, yang mendominasi program ini, oleh aparat.

Loreta Amancera, saudara daru Wilson Castillo, yang tewas karena diduga pengguna atau pengedar narkoba menangis dekat peti matinya saat upacara pemakaman di metro Manila, Filipina, 19 Agustus 2017. REUTERS/Romeo Ranoco

Misalnya, Katherine Bautista, yang awalnya mendukung operasi antinarkoba namun belakangan mengecam cara kekerasan yang dilakukan polisi. Perubahan ini terjadi setelah anak tirinya John Jezreel David tewas dalam sebuah operasi antinarkoba polisi.

Baca:

Bautista berkukuh putra tirinya itu bukanlah seorang pemakai narkoba. “Tadinya saya mengatakan air mata keluarga-keluarga yang anggotanya terbunuh sebagai palsu. Tapi ketika itu terjadi pada diri kita, saya bisa merasakan sakit yang mereka alami,” kata Bautista.

Banyak orang menolak cara kekerasan dalam perang narkoba ini karena merasa khawatir dirinya atau anggota keluarganya bakal menjadi korban operasi polisi dan aparat lainnya hanya karena berada di tempat yang salah dan bukan karena terlibat dalam narkoba.

“Orang-orang merasa takut keluarga atau saudara mereka bakal berada dalam situasi yang membuat mereka menjadi target,” kata Randy David, seorang sosiolog dan penulis kolum di Manila.

Seorang wanita menangis sambil menggendong anaknya saat melihat suamnya tewas ditembak saat operasi anti narkoba di Metro Manila, Filipina, 17 Agustus 2017. REUTERS/Erik De Castro

Duterte menjanjikan program antinarkoba ini saat berkampanye. Dia juga terang-terangan meminta para pemakai dan bandar narkoba untuk berhenti jika tidak ingin tewas dalam operasi antinarkoba.

Baca:

Sejak Duterte terpilih pada Juni 2016 dan menggelar perang narkoba, polisi Filipina mengatakan 4.854 pengguna narkoba dan pengedar tewas dalam operasi. Polisi mengatakan para korban tewas karena mencoba melawan saat akan ditangkap. Para aktivis HAM memperkirakan jumlahnya mencapai setidaknya tiga kali versi resmi.

Menurut survei terakhir oleh lembaga polling SWS, publik Filipina masih mendukung program ini dengan jumlah sekitar 78 persen. Jumlah ini tidak berubah dalam setahun terakhir. Namun jumlah yang jauh lebih tinggi yaitu 96 persen menyatakan mereka menolak cara pembunuhan atau extra-judicial killing dalam upaya memberantas narkoba.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte. REUTERS

Baru-baru ini, seperti dilansir Reuters, Filipina terpilih kembali sebagai anggota Dewan HAM PBB bersama 47 negara lainnya untuk tiga tahun ke depan. Ini membuat pemerintah Filipina merasa senang.

“Kami merasa mendapat kehormatan besar karena ini membersihkan kami dari tuduhan tak berdasar dan berita bohong yang tidak ada tempat dalam diskusi HAM di dunia moderen,” kata Alan Peter Cayetano, Menlu Filipina.

Sebaliknya, terpilihnya kembali Filipina membuat anggota parlemen Garry Alejano menyebutnya sebagai ironi besar. “Sebuah negara yang memiliki banyak kasus pelanggaran HAM tidak punya tempat di Dewan,” kata Alejano dalam pernyataannya tertulis.

Saat ini, Duterte mendapat dua pengaduan di Pengadilan Kriminal Internasional atau ICC, yang menudingnya terlibat melakukan kejahatan atas kemanusiaan terkait berbagai pembunuhan dalam perang narkoba. Penanganan kasus ini masih berlansung.

Berita terkait

4 WNI yang Masuk DPO Interpol, Salah Satunya Pimpinan Jaringan Narkoba Fredy Pratama

1 jam lalu

4 WNI yang Masuk DPO Interpol, Salah Satunya Pimpinan Jaringan Narkoba Fredy Pratama

Berikut daftar WNI yang masuk dalam DPO Kepolisian Internasional atau interpol. Salah satunya Fredy Pratama, pimpinan jaringan narkoba.

Baca Selengkapnya

Polisi Sita 98 Bungkus Ganja dari Tangan WNA Papua Nugini di Jayapura

1 jam lalu

Polisi Sita 98 Bungkus Ganja dari Tangan WNA Papua Nugini di Jayapura

Polisi mendapatkan informasi akan ada transaksi narkotika yang diduga jenis ganja di sebuah rumah di Argapura, distrik Jayapura Selatan.

Baca Selengkapnya

Depresi, Epy Kusnandar Dirawat di RSKO Cibubur

1 hari lalu

Depresi, Epy Kusnandar Dirawat di RSKO Cibubur

Polisi mengajukan kepada BNN agar Epy Kusnandar direhabilitasi

Baca Selengkapnya

Narapidana Narkoba Kabur, Kepala Rutan Sukadana Lampung Azis Gunawan Dicopot

1 hari lalu

Narapidana Narkoba Kabur, Kepala Rutan Sukadana Lampung Azis Gunawan Dicopot

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Lampung mencopot jabatan Kepala Rutan Sukadana Azis Gunawan buntut narapidana kabur

Baca Selengkapnya

Polda Sumut Pakai Teknologi BRIN untuk Menemukan Ladang Ganja

1 hari lalu

Polda Sumut Pakai Teknologi BRIN untuk Menemukan Ladang Ganja

Polda Sumut memanfaatkan tekonologi dari BRIN untuk melacak keberadaan ladang ganja.

Baca Selengkapnya

Polisi Ringkus 3 Tersangka Pabrik Tembakau Sintetis di Tangsel, 1 Orang Masih DPO

1 hari lalu

Polisi Ringkus 3 Tersangka Pabrik Tembakau Sintetis di Tangsel, 1 Orang Masih DPO

Polisi mengungkap tempat produksi tembakau sintetis di salah satu apartemen di Serpong, Kota Tangerang Selatan. 3 orang ditangkap, 1 DPO.

Baca Selengkapnya

Ragam Reaksi Warganet soal Kenaikan Harga Tiket Timnas Indonesia Lawan Irak dan Filipina

2 hari lalu

Ragam Reaksi Warganet soal Kenaikan Harga Tiket Timnas Indonesia Lawan Irak dan Filipina

Kenaikkan harga tiket Timnas Indonesia memicu amarah netizen yang melontarkan berbagai komentar unik di akun Instagram resmi @timnas.Indonesia.

Baca Selengkapnya

Polri Bongkar Jaringan Narkoba Hydra di Indonesia, Mengingatkan Organisasi Kriminal Musuh Captain America

2 hari lalu

Polri Bongkar Jaringan Narkoba Hydra di Indonesia, Mengingatkan Organisasi Kriminal Musuh Captain America

Polri ungkap jaringan narkoba Hydra belum lama ini. Pecinta komik dan film Captain America pasti teringat organisasi kriminal musuhnya itu.

Baca Selengkapnya

BNN-Polri Bekuk Buron Kartel Narkoba Meksiko di Filipina, Segera Dibawa ke Indonesia

2 hari lalu

BNN-Polri Bekuk Buron Kartel Narkoba Meksiko di Filipina, Segera Dibawa ke Indonesia

Buron kartel narkoba Meksiko itu akan dibawa untuk mempertanggungjawabkan perbuatan dan mengungkap jaringannya di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Empat Tersangka Pengedar Ganja di Merauke

2 hari lalu

Polisi Tangkap Empat Tersangka Pengedar Ganja di Merauke

Polres Merauke menangkap empat tersangka pengedar ganja. Polisi masih menyelidiki jaringan narkoba di wilayah ini.

Baca Selengkapnya