Berebut Suara Emak-emak di Pilpres 2019
Reporter
Tempo.co
Editor
Syailendra Persada
Senin, 24 September 2018 14:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah melemparkan istilah tempe setipis kartu ATM, Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno kembali melontarkan isu menyangkut permasalahan ekonomi menggunakan makanan berbahan dasar kedelai itu. Dalam kunjungannya ke Pasar Sendiko di Semarang, Sandiaga melemparkan istilah tempe saset yang identik dengan emak-emak.
Baca: Setelah Tempe Setipis ATM, Sandiaga Sebut Ada Tempe Saset
Ceritanya, Sandiaga yang tengah berkeliling kawasan pasar menemukan tempe dibungkus memakai daun berukuran kecil. “Ini inovasi yang dilakukan Ibu Yani. Jadi bukan sampo aja yang saset. Tempe juga begitu," kata Sandiaga dalam rilis yang disiarkan media center tim pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Prabowo - Sandiaga) melalui pesan pendek pada Senin pagi, 24 September 2018. Ibu Yani adalah penjual tempe saset itu.
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan cara Yani mengemas tempe saset merupakan inovasi untuk menghadapi gejolak ekonomi. Karena harga barang pokok naik, kata dia, tempe yang dikemas kecil-kecil ini bisa menjadi solusi supaya penjualan tetap laku.
Selain itu, para ibu tak perlu membeli tempe ukuran besar yang dibanderol dengan harga lebih mahal. Sebungkus tempe sachet itu dijual seharga Rp 350. Sandiaga lantas membeli beberapa biji di antaranya. Dalam kunjungannya, Sandiaga mengaku menerima keluhan dari para emak-emak terhadap harga-harga kebutuhan yang melonjak naik.
Bukan sekali ini saja Sandiaga mengaitkan permasalahan ekonomi dengan kebutuhan ibu rumah tangga. Dalam beberapa kesempatan, Sandiaga bahkan mengatakan akan menjadikan emak-emak sebagai lokomotif pembangunan ekonomi.
Menurut Sandiaga, kubu mereka memang sengaja mendekatkan permasalahan yang ada saat ini ke kelompok pemilih emak-emak. Alasannya, Sandiaga mengatakan “Isu yang luar biasa, mendapat resonansi dan vibrasi di masyarakat. Nyetrum semua di Indonesia."
<!--more-->
Berdasarkan sigi dari Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny JA Pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin ternyata unggul di segmen pemilih perempuan atau "emak-emak". Di kantong pemilih 'emak-emak' atau perempuan, Jokowi Ma'ruf meraih 50,2 persen, sedangkan Prabowo - Sandiaga sebanyak 30 persen. LSI Denny JA merilis sigi ini pada akhir Agustus 2018.
Namun yang perlu diperhatikan, berdasarkan sigi yang sama, elektabilitas Prabowo sebenarnya naik di kalangan emak-emak setelah menggandeng Sandiaga Uno. "Pada segmen emak-emak elektabilitas Prabowo mengalami kenaikan setelah berpasangan dengan Sandiaga Uno, dari 25,2 persen menjadi 30,0 persen," kata peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, medio Agustus lalu. Makanya, belakangan Sandiaga terus bergerilya ke kantong suara ini.
Simak juga: Kubu Jokowi Bentuk Tim Perempuan Lintas Partai Menangkan Pilpres
Sementara itu, kubu Jokowi - Ma'ruf Amin pun terus menjaga agar elektabkilitas mereka di suara perempuan atau emak-emak tetap tinggi. Salah satu mesin yang bergerak adalah relawan Suara Perempuan untuk Jokowi atau Super Jokowi. Relawan ini akan menyasar suara pemilih emak-emak, mama-mama muda, hingga perempuan milenial
Relawan ini resmi mendeklarasikan dukungan di Hall Gedung Nyi Agung Serang, Jakarta, pada Kamis, 23 Agustus 2018. Deklarasi dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) Ida Fauziyah selaku Koordinator Nasional. "Kami akan mengajak mama-mama muda, emak-emak, hingga perempuan milenial untuk bergabung, tidak hanya di kota, tapi juga di desa-desa di seluruh Indonesia," kata Ida di Hall Gedung Nyi Agung Serang.
Baca: Relawan Super Jokowi Sasar Suara Kaum Perempuan di Pilpres 2019
Ida mengklaim kepengurusan relawan Super Jokowi telah terbentuk di 34 provinsi yang ada di Indonesia. Adapun jargon yang diangkat relawan ini adalah membangun negara dari keluarga. Mereka ingin fokus ke emak-emak. "Di sinilah peran penting perempuan. Jadi kami akan colek perempuannya, maka laki-lakinya akan ikut," kata dia.