Ketika Jokowi Bersuara Lantang Luruskan Isu TKA Cina di Indonesia

Kamis, 9 Agustus 2018 17:03 WIB

Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato pembukaan pendidikan kader ulama Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bogor, di Kantor Bupati Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 8 Agustus 2018. Tempo / Friski Riana

TEMPO.CO, Jakarta - Tak biasanya Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersuara lantang saat menemui kader ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kemarin, di kantor Bupati Kabupaten Bogor, suara Jokowi meninggi saat mengklarifikasi kabar fitnah yang menuduhnya sebagai antek asing.

Baca: Minta Impor Disetop, Jokowi: Saya Gak Main-main

Terkait dengan kabar fitnah antek asing itu, salah satu isu yang diluruskan Jokowi adalah soal tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia, khususnya yang berasal dari Cina. Ia menyatakan banyak kabar tak jelas yang menyebutkan ada 10 juta TKA dari Cina yang masuk ke Indonesia. Padahal yang ada hanya 23 ribuan TKA Cina, tak sampai 1 persen dari total penduduk Indonesia.

"Saya blak-blakan, 23 ribu, iya. TKA, mereka kerja di sini. Tapi juga tidak kerja terus-terus. Mereka masang turbin, smelter kita memang belum siap melakukan itu. Sehingga mereka harus di sini 4-6 bulan untuk masang," ujarnya, Rabu, 8 Agustus 2018.

Baca: Jokowi Geram Kesepakatan Freeport - Inalum Dikomentari Negatif

Advertising
Advertising

Jokowi lantas membandingkannya dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) di Cina dan Malaysia, yang masing-masing berjumlah 80 ribu orang dan 1,2 juta orang. Bahkan jika ditambah dengan jumlah TKI ilegal bisa mencapai 2 juta orang. Jokowi pun kembali heran Malaysia tidak ribut dengan banyaknya TKI di negara mereka.

"Bandingkan coba TKA di Uni Emirat Arab 80 persen asing semuanya, mereka senang-senang saja, enggak ada masalah. Di Arab Saudi, 33 persen tenaga kerja asing. Kita 1 persen aja enggak ada," ucap Jokowi.

Tempo, yang ikut serta dalam rombongan Kantor Staf Presiden saat meninjau kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) pada awal pekan ini, mendapati bahwa TKA menempati berbagai posisi kerja. Di kawasan industri tersebut terdapat 3.121 TKA Cina. Dari total pekerja di IMIP 28.568 orang, berarti 10,9 persen di antaranya merupakan TKA Cina.

Selain diisi dengan kantor, mes, fasilitas olahraga, taman, di kawasan itu juga ada dapur dan kantin. Mes tak hanya ditempati TKA Cina, tapi juga TKI yang direkrut dari berbagai daerah.

CEO PT IMIP Alexander Barus menyebutkan TKA Cina di Morowali kebanyakan berada di level 3-4 atau setingkat manajer dan direksi. “Tapi ada juga yang di lapangan yang bawa mobil stir kiri itu memang TKA. Kalau yang bawa tenaga kerja Indonesia agak berisiko karena kan kita biasanya stir kanan,” ujarnya di Bandar Udara Morowali, Sulawesi Tengah, Rabu, 8 Agustus 2018. Selain itu, ada sejumlah TKA dari Cina yang bertugas sebagai koki di dapur.

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan, sejak 2007, jumlah tenaga kerja asing asal Cina merupakan mayoritas di Indonesia. Dia menyebutkan ada 24 ribu pekerja Cina yang bekerja di Tanah Air. Meski begitu, angka tersebut masih sangat terkendali.

Pernyataan itu merespons temuan Ombudsman bahwa banyak TKA yang bekerja tidak sesuai dengan bidang yang tercantum di visa kerja dan izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA). Ombudsman juga menemukan banyak di antara tenaga kerja asing yang masih aktif bekerja, padahal masa berlaku IMTA sudah habis dan tidak diperpanjang.

Anggota Ombudsman RI Bidang Pengawasan Sumber Daya Alam, Tenaga Kerja, dan Kepegawaian, Laode Ida, sebelumnya mengatakan tenaga kerja asal Cina yang bekerja di Tanah Air mendominasi TKA dari negara lain. Hal tersebut berdasarkan investigasi yang dilakukan Ombudsman.

Dalam investigasi itu, Ombudsman menemukan banyak di antara para TKA yang bukan tenaga ahli, melainkan hanya pekerja kasar tanpa keahlian. Selain itu, Ombudsman menemukan banyak TKA yang bekerja tidak sesuai dengan bidang yang tercantum di visa kerja dan IMTA. Selain itu, ada temuan TKA masih aktif bekerja, padahal masa berlaku IMTA sudah habis dan tidak diperpanjang.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal khawatir, meskipun angkanya masih terbilang kecil, TKA Cina bisa jadi akan menetap lama di Indonesia. “Sejarah mencatat begitu. Orang Cina mempunyai karakter menetap di mana mereka bekerja karena jumlah mereka banyak,” ucapnya.

Menurut data KSPI 2016, menurut Iqbal, TKA Cina di level rendah tidak hanya ada di Morowali, tapi juga berada di Konawe, Kendari, Buleleng, Bali, Bayah, Karawang, Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. Jumlahnya memang tidak terlalu besar dibandingkan dengan Morowali, hanya sekitar ratusan dan seribuan orang. “Beda dengan di Morowali karena itu pertambangan, tapi kalau jumlahnya ratusan dan hampir seribuan itu ada di manufaktur, pabrik baja, dan lain-lain,” tutur Iqbal saat dihubungi Tempo.

Simak berita menarik lain terkait dengan Jokowi hanya di Tempo.co.

FRISKI RIANA | KARTIKA ANGGRAENI | CHITRA PARAMAESTI | MAWARDAH

Berita terkait

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

1 jam lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

5 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

8 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

18 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

18 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

20 jam lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

1 hari lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

1 hari lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

1 hari lalu

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

Jokowi mengatakan dia dan pihak lain boleh ikut berpendapat jika dimintai saran soal susunan kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

1 hari lalu

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

Menkomarinves Luhut Pandjaoitan buka kemungkinan kewarganegaraan ganda untuk diaspora. Apa saja alasan dan syaratnya?

Baca Selengkapnya