Kecam Duterte, Gereja Katolik Serukan Berdoa dan Berpuasa 3 Hari
Reporter
Non Koresponden
Editor
Budi Riza
Selasa, 10 Juli 2018 10:06 WIB
TEMPO.CO, Manila – Kelompok gereja Katolik di Filipina mengecam berbagai kebijakan Presiden Rodrigo Duterte, seperti pemberantasan gelandangan, pembunuhan pendeta, dan pembunuhan dalam memerangi narkoba.
Kelompok Catholic Bishops’ Conference of the Philippines tidak menyebut nama Duterte secara langsung dalam pernyataannya.
Namun gereja Katolik terbesar di Asia ini menyeru kepada masyarakat, yang mayoritas penganut Katolik, untuk berdoa dan berpuasa selama tiga hari hingga 19 Juli 2018.
Baca:
Duterte Usir Biarawati Katolik Australia dari Filipina
Bikin Pernyataan Kontroversial, Duterte Sebut Tuhan Itu Bodoh
"Apa yang baru tentang para pendeta dibunuh karena menjadi saksi Yesus? Apa yang baru mengenai para nabi moderen yang dibungkam peluru para pembunuh kejam?" demikian pernyataan CBCP, seperti dibacakan Uskup Calcocan, Pablo Virgilio David, seperti dilansir Rappler, Senin, 9 Juli 2018.
CBCP mengeluarkan pernyataan ini seusai mengadakan rapat umum ke-117, yang digelar di Pope Pius XII Catholic Center di UN Avenue pada 7-9 Juli 2018 di Manila, seperti dilansir media Rappler. Acara ini diikuti sekitar 80 uskup aktif.
Menurut Rappler, "Ini merupakan kritik paling keras dan komprehensif oleh CBCP terhadap rezim Duterte."
Saat ini, CBCP dipimpin Uskup Agung Davao, Romulo Valles, yang dikenal berteman dengan Duterte saat dia masih menjabat Wali Kota Davao.
CBCP mengatakan, "Puasa dan doa adalah cara untuk mendapatkan ampunan dan keadilan Tuhan terhadap mereka yang telah menghina nama suci Tuhan, berbohong, dan melakukan pembunuhan atau membenarkan cara pembunuhan sebagai cara memberantas kriminalitas di negara kita."
Pernyataan keras CBCP ini muncul setelah Duterte membuat pernyataan terbuka, yang menyebut Tuhan bodoh. Duterte mengkritik ajaran dosa asal dalam penciptaan Adam dan Hawa saat berpidato pada Juni 2018.
Baca:
Presiden Duterte Larang 7 hal Ini di Filipina, Apa Saja?
Duterte Siap Mundur jika Ada Petisi Memprotes Ciuman Bibirnya
"Kejahatan disebut lahir saat Adam memakan buah yang diberikan Hawa. Siapa Tuhan bodoh ini? Orang ini pasti sangat bodoh," kata Duterte dalam pidatonya saat itu, seperti dilansir Manila Standard, Ahad, 24 Juni 2018. "Anda menciptakan sesuatu yang sempurna, lalu Anda memikirkan sebuah peristiwa yang akan menggoda dan menghancurkan kualitas dari ciptaan Anda."
Duterte juga mengaku tidak menerima konsep dosa asal. "Saya tidak bisa menerima konsep itu. Itu pernyataan yang sangat bodoh. Dosa apa? Dosa asal, lalu mereka akan membaptismu. Kepala Anda akan dicuci oleh air suci dan bahkan Anda akan percaya pendeta itu,” ujar Duterte dalam bahasa Filipino.
Meski begitu, Duterte, yang terlahir sebagai Katolik, mengakui adanya Tuhan universal. "Tuhan Anda bukan Tuhan saya karena Tuhanmu bodoh. Tuhan saya jauh lebih pintar," ucapnya.
Soal ini, CBCP mengeluarkan pernyataan kritik yang berbunyi, "(Orang) yang secara arogan menganggap dirinya sendiri sebagai bijaksana dan menghujat Tuhan kita sebagai bodoh."
Ucapan Duterte ini mendapat kecaman berbagai kalangan, termasuk masyarakat dan selebritas. Namun Duterte melanjutkan pernyataan kontroversialnya mengenai Tuhan dan mengaitkannya dengan masa jabatan sebagai presiden.
“Saya tidak akan meminta maaf, tidak dalam jutaan tahun," tuturnya kepada media di Bohol, Filipina, 28 Juni 2018, seperti dilansir Manila Times.
Dalam pernyataan terbarunya di Davao pada Jumat, 6 Juli 2018, Duterte menuturkan, "Logikanya di mana ada Tuhan?"
Pemimpin berusia 73 tahun itu berujar, "Jika ada satu orang saksi yang dapat membuktikan, mungkin dengan gambar atau selfie yang menunjukkan manusia melihat dan berbicara dengan Tuhan, saya akan segera mengundurkan diri sebagai presiden," katanya, seperti ditulis Daily Mail.
Duterte tidak hanya membuat pernyataan atau tindakan kontroversial terhadap ajaran agama. Dia juga pernah meminta seorang ekspatriat Filipina di Seoul, Korea Selatan, mencium bibirnya jika ingin mendapatkan hadiah sebuah buku. Saat itu, kelompok advokasi perempuan mengecam tindakan Duterte sebagai sebuah bentuk pelecehan.
Seperti dilansir Reuters pada 6 Juni 2018, Duterte menjawab, "Jika semua wanita di sini akan menandatangani petisi bagi saya untuk mengundurkan diri, saya akan mengundurkan diri."
Duterte juga berkata kasar terhadap pejabat hak asasi manusia (HAM) di Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mengkritik perilakunya dan memintanya mengikuti tes kejiwaan karena sering berbicara kotor dan kasar.
"Jika orang-orang bodoh ini datang ke sini, apakah ada buaya di sini yang makan orang? Buang bajingan-bajingan itu ke buaya," ujarnya kepada sejumlah tentara dalam sebuah pertemuan di Kota Zamboanga pada Sabtu, 10 Maret 2018, seperti dilansir media lokal Philstar.
Duterte juga pernah mengatakan kepada ahli HAM dari PBB, Diego Garcia-Sayan, untuk go to hell. Dia memperingatkan lembaga internasional tersebut agar tidak melakukan campur tangan terhadap urusan domestik Filipina.
"Katakan kepada dia jangan mengintervensi urusan negara saya. Persetan dengan dia," ucapnya pada Sabtu, 2 Juni 2018, seperti dilansir Reuters.
Garcia-Sayan mengkritik pencopotan Ketua Mahkamah Agung Filipina, yang terjadi beberapa hari pasca-kecaman yang dilontarkan Duterte. Garcia-Sayan menyebut kedaulatan hukum dan kemerdekaan pengadilan di Filipina mulai runtuh.