BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga, Ekonomi Kian Tertekan
Reporter
Andi Ibnu
Editor
Dewi Rina Cahyani
Kamis, 28 Juni 2018 14:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Bank Indonesia akan menggelar rapat dewan gubernur sore nanti. Sejumlah pihak meramalkan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan.
Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu terakhir melempar sinyal bakal melanjutkan penyesuaian suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate setelah menaikkannya dua kali ke level 4,75 persen pada bulan lalu.
Menurut Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo, Bank Indonesia mungkin akan kembali menaikkan suku bunga. Hal tersebut untuk merespons kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunganya.
Baca: The Fed Naikkan Suku Bunga, Menko Darmin Dorong Efisiensi Perbankan
"Kalau kami lihat kebijakannya yang kemarin disampaikan The Fed pada FOMC, ada kemungkinan (BI menaikkan suku bunga), karena memang hampir semua bank sentral harus mengubah policy tahun ini," kata Kartika saat ditemui seusai halalbihalal dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 25 Juni 2018.
Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan dinilai bakal memberi tekanan terhadap perekonomian RI di semester kedua tahun ini. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance Eko Listyanto mengatakan kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap sektor riil. “Ada tren Bank Indonesia bakal melakukan penyesuaian. Kalau benar naik, akan berdampak terhadap sektor riil karena bisa menekan laju kredit,” ujarnya, kemarin.
Akibatnya, pemerintah harus bekerja ekstra keras untuk mengejar rata-rata pertumbuhan 5,6 persen pada triwulan ketiga dan keempat. Pada triwulan pertama lalu, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,04 persen. Pemerintah memperkirakan ekonomi tumbuh 5,2 persen pada triwulan kedua.
Baca: Agar Rupiah Kuat, BI Diharapkan Naikkan Suku Bunga Ketiga Kali
Ramadan dan Lebaran, yang mendongkrak konsumsi masyarakat, diyakini merupakan motor utama membaiknya pertumbuhan pada April-Juni. Eko mengingatkan, tak ada momen musiman serupa yang bisa menggenjot konsumsi masyarakat sebesar Ramadan dan Lebaran dalam enam bulan ke depan.
“Memang banyak berbagai event diskon juga, tapi mayoritas barangnya kan dari impor,” ujarnya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics Pieter Abdullah menambahkan, pasar meyakini BI bakal kembali menaikkan suku bunga acuan. Dampak normalisasi suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) dan perang dagang Amerika Serikat-Cina masih terasa serta membuat nilai tukar rupiah kembali terpuruk di atas 14 ribu sejak akhir pekan lalu.
“BI sudah terlambat merespons dibanding negara lain. Kalau tidak respons, malah bisa bikin panik,” kata Pieter.
Langkah BI menaikkan suku bunga membuat pengusaha real estate khawatir. Ketua Umum Real Estat Indonesia Pusat Soelaeman Soemawinata meramalkan nasib sektor properti bakal terkena imbas lebih awal oleh kenaikan suku bunga.
Sejak kuartal ketiga tahun lalu, periode yang biasanya suku bunga rendah, bunga kredit properti justru tidak pernah turun. “Stabil di angka 12-13 persen,” kata Soelaeman.
HENDARTYO HANGGI | ANDI IBNU