Sam Rainsy: Cina Manfaatkan Hun Sen Pecah Belah ASEAN

Reporter

Tempo.co

Selasa, 17 April 2018 14:56 WIB

Mantan Pemimpin Oposisi Kamboja, Sam Rainsy, saat kunjungan ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta Barat, 16 April 2018. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta - Kamboja sangat bergantung pada Cina setelah Perdana Menteri Hun Sen berutang pada Negara Tirai Bambu itu. Kemudian Hun Sen dimanfaatkan Cina untuk memecah belah ASEAN agar tidak mengeluarkan satu suara soal sengketa Laut Cina Selatan. Dalam Piagam ASEAN keputusan diambil secara musyawarah atau kompromi, sehingga satu suara berbeda maka keputusan tidak diambil.

Adapun negara-negara ASEAN yang terlibat dalam sengketa dengan Cina adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam dan Filipina.

Tokoh oposisi Kamboja dan mantan Ketua Partai Penyelamat Kamboja Nasional atau CNRP, Sam Rainsy, mengatakan selain berutang dengan Cina, Hun Sen juga berutang banyak pada Asian Development Bank atau ADB dan Bank Dunia. Hun Sen berutang untuk memperkuat dukungan baginya dan terpuruknya perekonomian Kamboja setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada negara itu. Berikut petikan lengkap wawancara Tempo saat Rainsy berkunjung ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta, Senin 16 Maret 2018.

Baca: Oposisi Kamboja Sam Rainsy Minta Dukungan Jepang

Mantan Pemimpin Oposisi Kamboja, Sam Rainsy, saat kunjungan ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta Barat, 16 April 2018. TEMPO/Fajar Januarta

Advertising
Advertising

Bagaimana situasi politik terkini di Kamboja?

Rakyat Kamboja bersiap mengikuti pemilihan nasional pada 29 Juli mendatang. Pemerintah Hun Sen takut terhadap oposisi yang semakin kuat. Karena itu dia melakukan apa pun, termasuk menahan dan memenjarakan penerus saya, Kem Sokha. Dia juga membubarkan CNRP agar tak bisa ikut pemilihan. Sebanyak 118 tokoh CNRP dilarang berpolitik selama 5 tahun.

Apa yang Anda lakukan setelah partai Anda dibubarkan?

Kekuatan oposisi sekarang habis. Mereka boleh menghancurkan partai kami, tapi semangat kami masih terus ada. Yang dapat kami lakukan sekarang adalah menyerukan boikot pemilihan umum. Kami juga menggalang dukungan dari komunitas internasional untuk memberi tekanan pada Hun Sen. Jika Hun Sen memulihkan kembali partai kami, kami akan menarik seruan boikot.

Mantan Pemimpin Oposisi Kamboja, Sam Rainsy, saat kunjungan ke kantor Tempo di Palmerah, Jakarta Barat, 16 April 2018. TEMPO/Fajar Januarta

Baca: Sam Rainsy: Tanpa Oposisi Kamboja dalam Ketidakpastian

Sekuat apa partai oposisi yang pernah Anda pimpin?

Separuh dari jumlah pemilih di Kamboja mendukung partai kami. Hun Sen sekarang tanpa oposisi, karena kami satu-satunya partai oposisi yang kredibel.

Jadi, pemilihan umum Kamboja hanya diikuti partai penguasa, Partai Rakyat Kamboja?

Sebelumnya hanya ada dua partai di Majelis Nasional, partai kami dan partainya Hun Sen. Kini Hun Sen membentuk partai-partai kecil, jumlahnya 10-20 partai, yang menyatakan akan ikut dalam pemilihan. Padahal sebenarnya mereka semua bakal mendukung Hun Sen.

Seberapa besar pengaruh Cina di Kamboja?

Pemerintah Kamboja saat ini sangat bergantung pada Cina setelah dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat. Cina memanfaatkan Hun Sen untuk memecah belah ASEAN agar tidak mengeluarkan satu suara soal sengketa Laut Cina Selatan. (Negara-negara ASEAN yang terlibat dalam sengketa di Laut Cina Selatan dengan Cina adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam dan Filipina). Keputusan ASEAN dibuat berdasarkan kompromi, kesepakatan bersama.

Mengapa Anda mengunjungi Jepang?

Jepang telah lama menjadi negara donor terbesar bagi Kamboja. Berbeda dengan Amerika Serikat dan 21 negara anggota Uni Eropa, Jepang masih menjalin hubungan dengan Hun Sen. Jepang bisa membantu memulihkan demokrasi di Kamboja. Sebab, menurut Jepang, pemilihan umum di Kamboja kali ini tidak berarti karena tidak ada oposisi.

Bagaimana dengan Indonesia?

Peran Indonesia tidak kalah penting. Bersama Prancis, Indonesia adalah ketua bersama Konferensi Internasional Untuk Kamboja pada akhir 1980. Indonesia bahkan menjadi tuan rumah pertemuan Jakarta Informal Meeting I dan II untuk menengahi empat kelompok yang bertikai di Kamboja. Hasilnya adalah Kesepakatan Damai Paris pada 1991, yang memastikan Kamboja mengikuti jalur untuk jadi negara demokratis dengan menggelar pemilu yang bebas.

Apa yang dapat dilakukan oleh Indonesia?

Saya berharap pemerintah Indonesia dapat mempromosikan pola pikir demokratis kepada Kamboja. Tidak ada pemimpin yang berkuasa selamanya. Tidak ada yang berhak memimpin sebuah negara seterusnya. Tapi Hun Sen berencana untuk berkuasa hingga umurnya 90 tahun. Dia tidak mendengar suara rakyat. Siapa yang berkuasa, itu tergantung keputusan rakyat.

Berita terkait

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

12 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

14 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

19 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

1 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

2 hari lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

3 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

4 hari lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

4 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

4 hari lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya