Budi Daya Padi Super Toy Bisa Mengakibatkan Wabah Hama
Selasa, 9 September 2008 15:05 WIB
TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Sistem budidaya padi Super Toy HL-2 bisa mengakibatkan meledaknya wabah hama di seluruh Purworejo, para ahli pertanian Universitas Gadjah Mada menyatakan. Sistem budi daya padi ini juga pernah dilarang di era Soeharto.
Djoko Prajitno, ahli padi pada Fakultas Pertanian universitas tersebut, menyatakan, Selasa (9/9), mengatakan Super Toy dibudidayakan dengan membiarkan tunas baru tumbuh setelah padi dipanen atau disebut ratooning alias singgang. Menurut Djoko, sistem ini tidak dianjurkan karena bisa mendorong atau menstimulir munculnya wabah serangan hama.
Serangan hama atau penyakit terjadi, tambah peneliti itu, karena hama yang ada terus menerus mendapat pangan. Berbeda dengan sistem konvensional yang mengganti tanaman setelah dipanen dengan menggunakan bibit baru.
"Hama pada sistem ratooning berkembang dua kali lipat dari hama biasa,
sehingga tidak hanya super toy saja yang rusak tetapi seluruh Purworejo," katanya. "Inilah bahayanya sistem ratooning."
Ahli penyilangan padi dari kampus yang sama, Supriyanta, menambahkan ledakan hama terjadi pada sistem ratooning karena tidak adanya pergiliran tanaman.
Jenis hama yang bisa memanfaatkan sistem ratooning menyerang adalah penggerek, wereng, dan ganjur. Jenis padi seperti Super Toy sangat digemari hama karena batangnya empuk.
Djoko mengungkapkan di era pemerintaha Soeharto, sistem ratooning pernah dilarang karena sempat memunculkan wabah hama.
"Sistem Ratooning tidak diperbolehkan di Pulau Jawa yang budidaya padinya sangat intesif dengan tenaga kerja yang cukup tersedia,"ujarnya.
Meski begitu, tambah Djoko, sistem ini bisa cocok dipakai untuk daerah rawa atau sering terkena banjir.
Djoko juga menyebutkan padi Super Toy bukanlah varietas baru. Menurut
dia, Super Toy merupakan varietas padi tipe lama yang dikenal oleh petani
sebagai Pari Jowo. Padi tipe ini, kata Djoko, memiliki potensi produksi sekitar 3-4 ton. "Petani jaman dulu pasti tahu padi jenis ini. Jadi ini bukanah hal yang baru atau spesial," ujarnya.
Bernarda Rurit