Mundurnya Wakil Gubernur Prijanto

Reporter

Editor

Selasa, 27 Desember 2011 15:21 WIB

Prijanto, Wakil Gubernur DKI Jakarta saat akan meresmikan Pos Terpadu di Perum Permata, Cengkareng, Jakarta (29/06). TEMPO/Arif Fadillah

TEMPO.CO, Jakarta - Prijanto akhirnya menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Selasa, 27 Desember 2011.

“Sebaiknya, kalau bisa rapat paripurna sebelum masuk Januari, sehingga masalah ini segera clear,” kata Prijanto saat hendak meninggalkan gedung DPRD usai pertemuan selama sekitar satu setengah jam dengan DPRD DKI Jakarta.

Meski sudah menyampaikan surat pengunduran diri, Prijanto menyatakan hingga saat ini dia masih menyandang status wakil gubernur. “Sebelum ada keppres (keputusan presiden), saya masih wakil gubernur,” kata Prijanto. "Karenanya saya masih bekerja."

Ketika ditanya soal komunikasinya dengan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Fauzi Bowo baru-baru ini, ia pun menjawab, “Belum.”

Prijanto sendiri masih enggan membeberkan alasan pengunduran dirinya. Ia berdalih tidak ingin bicara parsial dan memilih menunggu untuk bicara di hadapan anggota DPRD dalam sidang paripurna. Namun ia membantah jika disebut melarikan diri.

Soal pengunduran diri purnawirawan TNI tersebut, menurut Prijanto, hanya DPRD yang bisa mengajukan penolakan. “Mendagri tidak bisa menolak, yang bisa menolak itu DPRD,” ujar Prijanto.

Ia pun menjelaskan walaupun tidak menerima tugas, ia tetap bekerja. “Tentara itu kalau tidak ada kerjaan dari atasan, cari kerjaan sendiri,” ujarnya. Ia mengaku kerap mengunjungi Dinas Kebersihan serta Dinas Pekerjaan Umum.

Prijanto telah mengirimkan surat pengunduran dirinya dari jabatan sebagai wakil gubernur kepada Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pada Jumat, 23 Desember 2011. Surat tersebut kemudian ditembuskan kepada Fauzi Bowo selaku gubernur. Fauzi Bowo pun telah memberikan respons dengan mengeluarkan siaran pers untuk mengumumkan bahwa dirinya telah menerima surat resmi pengunduran diri Prijanto.

Sebelumnya, pada tahun 2006, Prijanto menjabat sebagai Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Ia akhirnya mengundurkan diri pada tahun berikutnya karena mengikuti Pilkada 2007.

Pakar hukum tata negara dari Universitas Andalas, Saldi Isra, menilai mundurnya Prijanto sebagai sinyal bahwa posisi wakil kepala daerah sebaiknya dihapuskan. Alasannya, posisi itu sebenarnya tidak signifikan membantu tugas kepala daerah dalam menjalankan pemerintahan. Saldi juga memandang banyak konflik terjadi antara kepala daerah dan wakilnya.

MARIA YUNIAR| ISMA SAVITRI


Berita terkait:


Surat Prijanto Diterima Menteri Dalam Negeri


Gubernur Foke Klaim Bisa Sendiri tanpa Prijanto

Advertising
Advertising

Berita terkait

Perilaku Pemilih Pilkada DKI

21 Maret 2017

Perilaku Pemilih Pilkada DKI

Perdebatan perilaku pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI 2017 kali ini sangat menarik. Tulisan Eep Saefulloh Fatah di kolom majalah Tempo edisi 12 Maret 2017 menggelitik karena menafikan dua teori utama dalam melihat pemilih DKI. Pemilih rasional sering terlalu disederhanakan sebagai pemilih yang menggunakan akal sehat dan diterjemahkan dalam pilkada ketika pemilih melihat kinerja sebagai basis pilihan. Politik aliran lebih melihat sekat-sekat kelompok, khususnya agama, sebagai salah satu penentu bagi pemilih di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Perilaku Pemilih Pilkada DKI

21 Maret 2017

Perilaku Pemilih Pilkada DKI

Perdebatan perilaku pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI 2017 kali ini sangat menarik. Tulisan Eep Saefulloh Fatah di kolom majalah Tempo edisi 12 Maret 2017 menggelitik karena menafikan dua teori utama dalam melihat pemilih DKI. Pemilih rasional sering terlalu disederhanakan sebagai pemilih yang menggunakan akal sehat dan diterjemahkan dalam pilkada ketika pemilih melihat kinerja sebagai basis pilihan. Politik aliran lebih melihat sekat-sekat kelompok, khususnya agama, sebagai salah satu penentu bagi pemilih di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hitung Cepat Pilih Jokowi-Ahok Pimpin Jakarta

20 September 2012

Hitung Cepat Pilih Jokowi-Ahok Pimpin Jakarta

Rata-rata selisih perolehan suara Foke dan Jokowi hanya 9,4 persen.

Baca Selengkapnya

Jokowi - Ahok Disenggol Isu SARA

17 Juli 2012

Jokowi - Ahok Disenggol Isu SARA

Meski aksi jegal kandidat pada pasangan pemenang putaran pertama pemilihan Pilkada DKI Jakarta versi hitung cepat Jokowi-Ahok terus bergulir

Baca Selengkapnya

Jokowi Klaim Didukung Tiga Kandidat

13 Juli 2012

Jokowi Klaim Didukung Tiga Kandidat

"Saya bebaskan mereka pilih siapa pun."

Baca Selengkapnya

Sentimen Negatif Foke-Nara *)

8 Juni 2012

Sentimen Negatif Foke-Nara *)

Namun pengalaman pada beberapa pemilihan di tempat lain membuktikan upaya untuk mengatasi stigma negatif terhadap petahana ini tidak mudah dilakukan. Sejumlah kasus menunjukkan bahwa petahana yang elektabilitasnya melorot sulit mengalami recovery untuk tetap berada di atas para pesaingnya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Siap Genggam DKI-1

19 Maret 2012

Jokowi Siap Genggam DKI-1

Wali Kota Solo ini menyatakan siap menaklukkan Jakarta. "Sudah dari dulu saya sampaikan, saya siap," kata Jokowi.

Baca Selengkapnya

Koalisi Dukung Fauzi Tandingi Alex-Nono

17 Maret 2012

Koalisi Dukung Fauzi Tandingi Alex-Nono

Fauzi, berbekal dukungan dari Demokrat, diagendakan siap merapat ke PDI Perjuangan.

Baca Selengkapnya