TEMPO.CO, Jakarta-Kementerian Perhubungan mengkaji menjatuhkan sanksi kepada PT Angkasa Pura II, pengelola Bandar udara Soekarno-Hatta. Itu terjadi setelah insiden padamnya radar pengatur lalu lintas udara, Ahad sore. Kendati cuma padam 15 menit, dampaknya nyaris fatal, 39 penerbangan tertunda. Dua pesawat bahkan nyaris bersenggolan.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan sanksi akan dijatuhkan bila investigasi menemukan adanya kelalaian dari pengelola bandara. Saat ini tim Kementerian tengah menelusuri penyebab matinya baterai (uninterruptible power supply atau UPS) pada Ahad sore lalu. “Kami melihat dulu (hasil investigasi),” katanya di Jakarta kemarin.
Bambang mengatakan, Kementerian Perhubungan juga akan memeriksa prosedur yang dilakukan saat sistem ngadat. Demi keselamatan, dia mengimbuhkan, Angkasa Pura II memakai pemanduan secara manual. Langkah Angkasa Pura II itu telah sesuai standar internasional yang berlaku.
Sebanyak 39 penerbangan dari Jakarta di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang mengalami penundaan karena padamnya radar pada pukul 16.55 WIB. Baterai cadangan atau UPS radar terbakar. Walau hanya berlangsung 15 menit, menurut Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, “Itu sangat mengerikan.” Mantan menteri perhubungan itu bahkan menuturkan, “Kejadian itu nyaris membuat dua pesawat Lion Air near miss (bersenggolan).” Akhirnya satu pesawat Lion kembali ke landasan dan satu lagi dialihkan ke Semarang.
Insiden itu, kata dia, merusak citra Indonesia di dunia internasional. Menurut Hatta, seharusnya jika terjadi gangguan pada baterai UPS langsung dialihkan ke baterai cadangan. Namun ternyata baterai cadangan juga terbakar.
Dia menyatakan sudah lebih dari setahun lalu meminta agar dilakukan modernisasi seluruh perangkat air traffic control, termasuk peralatan UPS. "Saat terjadi gangguan saya langsung telepon Dirjen Perhubungan Udara tanya apa yang terjadi,” katanya. “Ternyata UPS yang terbakar."
Sekretaris Perusahaan Angkasa Pura II, Trisno Heryadi meminta maaf kepada seluruh pengguna jasa penerbangan. Dia mengaku belum menghitung berapa total kerugian akibat insiden tersebut. “Yang pasti kepentingan masyarakat terganggu,” katanya.
Trisno mengatakan perseroan akan mendatangkan alat UPS baru dari Jerman untuk digunakan di Bandara Soekarno-Hatta. Dia menerangkan dana pembelian alat ini sepenuhnya berasal dari anggaran perusahaan, dan bukan dari negara. “Sudah dibeli, pengiriman perlu waktu hingga tiga bulan,” katanya.
Deputi Senior General Manager Angkasa Pura II Prijono mengakui peralatan UPS milik Soekarno-Hatta sudah uzur. UPS yang memiliki kapasitas 120 KVA itu telah berusia 20 tahun. Angkasa Pura II kini sedang membeli dua unit UPS dengan kapasitas 200 KVA. Jika berfungsi, maka kelak cadangan energi listrik menjadi 400 KVA. "Sebetulnya UPS lama masih berfungsi dengan baik. Karena kami rajin merawat secara teratur. Tapi tidak tahu kenapa bisa terbakar,” katanya.
MARIA YUNIAR | ANGGA SUKMA | AYU CIPTA | ARYANI K | SETRI