ATC Bandara Soekarno-Hatta Dinilai Perlu Dievaluasi

Reporter

Editor

Rabu, 19 Desember 2012 16:34 WIB

Simulasi penerbangan Sukhoi RRJ 95B dalam konperensi Pers tentang hasil investigasi jatuhnya Pesawat Sukhoi RRJ 95B di gunung Salak, Jawa Barat pada 9 mei 212 lalu, di aula KNKT, Jakarta, Selasa (18/12). TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta -Pekan lalu, ATC bandara Soekarno-Hatta mendadak mati. Selama 15 aktivitas penerbangan terganggu. Jadwal penerbangan sejumlah maskapai tertunda. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan penyebab ATC terbakar adalah unintteruptible power supply (UPS) yang terbakar. "Tetapi, dalam dunia penerbangan, hal seperti itu sangat mengerikan dan tidak boleh terjadi," kata Hatta di Istana Negara. Dua pesawat, kata Hatta, nyaris bersenggolan.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara melaporkan kepada Hatta kerusakan ATC biasanya secara otomatis akan beralih ke mode manual. Namun UPS utama yang terbakar membuat peralihan itu tidak bisa berlangsung. "Manual perlu waktu sehingga terjadi blackout (pemadaman) hingga 15 menit. Panjang, loh, waktu 15 menit itu kalau untuk di udara," katanya.

Ikatan Auditor Teknologi Indonesia meminta PT Angkasa Pura selaku pengelola Bandara Soekarno-Hatta secara rutin memantau pegawai di air traffic controller (ATC) bandara serta komponen pendukung kelengkapan penerbangan. "Ini sangat perlu karena berkaitan dengan tingkat keselamatan," kata Wakil IATI Hari Nugroho di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Penundaan penerbangan selama kurang lebih 15 menit bisa terjadi akibat dari ketidaksesuaian penerapan standar operasional prosedur kerja.

Pekik Argodahono, dosen Institut Teknologi Bandung, menegaskan masalah tersebut terjadi karena kapasitor dari unitteruptible power supply (UPS) terbakar. Beban ke UPS lain tidak bisa bergerak secara otomatis. "Akhirnya dilakukan perpindahan manual yang memerlukan waktu selama 15 menit," ujarnya.

Desakkan mengevaluasi peranti pengaturan lalu lintas udara bukan kali ini saja terjadi. Pada pertengahan tahun lalu, Sukhoi Rusia yang hendak dipamerkan ke Indonesia menabrak gunung Salak di Bogor, Jawa Barat. Puluhan orang tewas. Kala itu, dugaannya adalah komunikasi buruk antara ATC dan pilot Sukhoi. Adapula dugaan pegawai Bandara Soekarno Hatta yang lalai.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hari ini, Selasa, 18 Desember 2012, mengumumkan hasil investigasi kecelakaan Sukhoi RRJ-95B dengan nomor registrasi 97004 itu pada Mei 2012. Ketua KNKT, Tatang Kurniadi, mengatakan ada tiga faktor penyebab kecelakaan ini. (Baca: Tiga Faktor Penyebab Sukhoi Jatuh)

Satu di antaranya penyebabnya adalah lemahnya sistem kontrol di Jakarta yang belum dilengkapi data batas tinggi minimum penerbangan. Faktor lainnya adalah pilot yang tak memahami penuh kondisi gunung yang dilalui dan adanya distraksi yang mengalihkan perhatian pilot. "Pilot minta heading 300 ke barat laut, tapi kemudian di sini pilot seperti menyelonong," kata Mardjono.

ARYANI KRISTANTI | IRFAN ABDUL GANI

Berita terkait

Tidak Berstatus Internasional, Bandara Adi Soemarmo tetap Layani Penerbangan Haji 2024

1 jam lalu

Tidak Berstatus Internasional, Bandara Adi Soemarmo tetap Layani Penerbangan Haji 2024

Bandara Adi Soemarmo Solo tidak lagi menyandang status sebagai bandara internasional. Tapi tetap layani penerbangan haji.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Tetapkan 17 Bandara Internasional, Berikut Daftarnya

1 hari lalu

Kemenhub Tetapkan 17 Bandara Internasional, Berikut Daftarnya

Kemenhub akan terus mengevaluasi penataan bandara secara umum, termasuk bandara internasional.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

1 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Rusia Tawarkan Sukhoi ke RI, AS Minta Cina Buka Pintu

Top 3 dunia adalah Rusia menawarkan Sukhoi ke RI, AS minta Cina buka pintu untuk pengusahanya hingga persiapan senjata Rusia lawan Ukraina.

Baca Selengkapnya

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

2 hari lalu

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

Ketika traveling dengan pesawat, dia otomatis masuk dalam kategori anak bawah umur yang harus didampingi supervisor.

Baca Selengkapnya

Wahana Edukasi Baru, Ajak Anak Mengenal Dunia Penerbangan

2 hari lalu

Wahana Edukasi Baru, Ajak Anak Mengenal Dunia Penerbangan

Flight Academy, wahana baru kolaborasi Traveloka dan KidZania Jakarta bisa jadi pilihan mengajak anak menjelajahi dunia penerbangan

Baca Selengkapnya

Wacana Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Berpotensi Langgar UU Penerbangan

2 hari lalu

Wacana Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Berpotensi Langgar UU Penerbangan

Penarikan iuran yang akan dimasukkan dalam komponen perhitungan harga tiket pesawat itu dinilainya berpotensi melanggar Undang-Undang (UU).

Baca Selengkapnya

Pelita Air Resmi Buka Penerbangan Langsung Kendari-Jakarta

2 hari lalu

Pelita Air Resmi Buka Penerbangan Langsung Kendari-Jakarta

Maskapai Pelita Air secara resmi membuka rute penerbangan baru Bandara Haluoleo Kendari-Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Banten.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

2 hari lalu

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo menolak rencana iuran pariwisata di tiket pesawat.

Baca Selengkapnya

Alasan Mengapa Pesawat Komersial Terbang di Ketinggian 35.000 Kaki

2 hari lalu

Alasan Mengapa Pesawat Komersial Terbang di Ketinggian 35.000 Kaki

Ketinggian jelajah pesawat komersial biasanya berkisar antara 30.000 dan 42.000 kaki. Perbedaan itu tergantung jenis pesawat dan arah penerbangan.

Baca Selengkapnya