TEMPO.CO, Jakarta- Jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-904 di kawasan sekitar Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Bali, kemarin, ditengarai terjadi akibat posisi pesawat terlalu rendah saat mendekati landasan pacu. Dalam dunia penerbangan, kondisi ini disebut "undershoot".
Lantaran terbang terlalu rendah, pesawat rute Bandung-Denpasar tersebut tak bisa mencapai landasan pacu sehingga terperosok ke laut hanya beberapa meter dari ujung landasan 090 Bandara Ngurah Rai. Meski ada dugaan pesawat terbang terlalu rendah, penyebab pasti kecelakaan sampai saat ini sedang diteliti.
Seorang saksi mata, Supang, pengemudi truk yang menyaksikan jatuhnya pesawat Lion, mengaku melihat detik-detik terceburnya pesawat. Dia melihat pesawat berusaha mendarat, gagal, lalu jatuh ke laut. “Tidak terdengar ledakan atau kebakaran. Tapi ekor pesawat patah." Kegagalan mendarat ini juga dikatakan Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait. "Saat hendak mendarat, tidak sampai di landasan," ujarnya.
Pesawat Lion Air berjenis Boeing 737-800 NR buatan 2012 itu gagal mendarat di Bandara Ngurah Rai kemarin. "Pesawat crash, patah di bagian ekor, dan posisi ada di air," kata juru bicara PT Angkasa Pura I Cabang Ngurah Rai, Alfazah. Hingga tadi malam, pesawat masih dalam proses evakuasi.
Pesawat dengan kapten pilot M. Ghozali ini membawa 101 penumpang, terdiri atas 95 orang dewasa, 5 anak, dan seorang bayi, plus 7 awak. Tak ada korban jiwa, namun sedikitnya 50 penumpang terluka ringan dan dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Denpasar.
Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan, dalam insiden seperti ini, kemungkinan besar penyebab kecelakaan ada dua faktor, yakni sistem kalibrasi dalam navigasi bermasalah atau kendala pilot. Atau, perpaduan keduanya. “Kecil kemungkinan karena mesin, karena pesawat masih baru.” Pihak Lion mengatakan, pesawat baru dibeli dan beroperasi Maret lalu.
Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia menegaskan, tidak ada masalah pada menara kontrol (air traffic control/ATC) saat kecelakaan. "Semua normal, pantauan ATC baik-baik saja sebelum kejadian," kata Direktur Keselamatan dan Standar Penyelenggara Navigasi, Wisnu Darjono.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Tatang Kurniadi, meminta semua pihak tidak menduga-duga penyebab kecelakaan. "Jangan komentar dulu, tunggu saja hasil penyelidikan," ujarnya.
MARIA YUNIAR | BERNADETTE CHRISTINA | ANANDA PUTRI | BIMO WICAKSONO | PUSPITO HARGONO | BOBBY CHANDRA