Empat Langkah Pemerintah Stabilkan Rupiah

Reporter

Editor

Kamis, 22 Agustus 2013 09:57 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini akan mengumumkan paket kebijakan stabilisasi nilai rupiah dan saham yang anjlok signifikan dalam beberapa hari terakhir. Di pasar spot antarbank Jakarta kemarin, rupiah diperdagangkan pada level 10.950 per dolar, turun dari 10.723 sehari sebelumnya.


Presiden menyatakan neraca perdagangan Indonesia bermasalah. Kinerja ekspor yang turun dan banjir barang impor membuat defisit neraca berjalan meningkat. Akibatnya, “Ada kekhawatiran pasar kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun secara tajam,” kata Yudhoyono setelah rapat terbatas kemarin.


Rapat khusus membahas persoalan ini juga sudah digelar Wakil Presiden Boediono dengan sejumlah menteri, malam sebelumnya.


Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana mengatakan setidaknya ada empat langkah yang akan diambil. Pertama, mempercepat implementasi proyek-proyek investasi yang sudah siap. Langkah berikutnya adalah menstabilkan harga pangan untuk menekan inflasi.


Jurus lain, menurut Armida, dari sisi fiskal, yaitu dengan memberlakukan keringanan pajak (tax allowance) dan pembebasan pajak penghasilan dalam jangka waktu tertentu (tax holiday). “Beberapa insentif pajak yang sudah ada lebih dipertajam lagi, seperti tax allowance dan tax holiday,” kata Armida. Jurus lainnya adalah kebijakan untuk memastikan tidak adanya pemutusan hubungan kerja, terutama pada industri padat karya.


Advertising
Advertising

Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat mengatakan stimulus terhadap investasi menjadi salah satu jurus andalan, mengingat sektor perdagangan yang lesu. Beberapa industri yang dibidik agar investasinya meningkat ialah sektor pertambangan, agrobisnis, petrokimia, dan logam dasar.


Agar para investor tertarik, fokus stimulus ditekankan pada relaksasi aturan, yang dianggap terlalu ketat. “Perizinan di bidang migas akan dipotong habis. Selain itu, juga di sektor mineral,” katanya.


Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, semua langkah tersebut merupakan mekanisme mitigasi dampak krisis seperti yang dilakukan pada krisis global 2008. Kebijakan tersebut akan dituangkan dalam bentuk peraturan presiden.


Deputi Gubernur Bank Indonesia Hendar mengisyaratkan depresiasi masih mungkin terjadi. Sebab, amunisi BI untuk mengelola nilai tukar memang belum sempurna. “Sepanjang fundamental ekonomi belum membaik, kita barangkali harus merelakan rupiah bergerak sesuai fundamentalnya,” katanya.


ANGGA SUKMA WIJAYA | ANANDA TERESIA | MARTHA THERTINA | NAFI

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

4 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

9 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

10 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

11 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

11 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

11 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

12 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

12 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya