Rupiah Tertekan Sampai 2014

Reporter

Editor

Jumat, 29 November 2013 11:49 WIB

Ilustrasi Uang dolar/Rupiah/Penukaran uang. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta-Nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus melemah sampai tahun depan. “Pada kuartal pertama rupiah berada di level Rp 12.100 dan Rp 12.500 pada kuartal kedua,” kata Ekonom Standard Chartered Eric Sugandi, kepada Tempo, Jumat 29 November 2013, kemarin.


Sedangkan pada kuartal ketiga, kata Eric, rupiah akan kembali ke posisi Rp 12.000. “Dan pada akhir tahun rupiah berada di level Rp 11.400.”


Pada perdagangan kemarin rupiah ditransaksikan di level Rp 12.018 per dolar AS. Pelemahanan nilai tukar rupiah kali ini paling rendah sejak November 2008.


Menurut Eric, penurunan nilai rupiah terus berlanjut sebagai dampak dari kebijakan pengurangan stimulus secara bertahap (tapering off) Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pada awal 2014. Indikator ini bisa dilihat dari membaiknya data pereknomian Amerika yang mampu mengurangi pengangguran sekitar 340 ribu orang.


Faktor lain pelemahan rupiah, kata Eric, adalah pemlihan umum pada tahun depan. Investor akan menunggu sampai proses pemilihan umum tuntas digelar. “Masuk semester kedua ada tendesi penguatan nilai tukar rupiah, karena pemilihan umum sudah selesai.”


Advertising
Advertising

September lalu The Fed menunda pengurangan stimulus secara bertahap sebesar US$ 85 miliar per bulan sampai tahun depan. Bank Sentral Amerika mengucurkan stimulus sejak 2008 untuk mendorong pemulihan ekonomi negara itu pasca krisis keuangan. The Fed akan mengurangi stimulus secara bertahap pada awal tahun depan jika perekonomian mulai membaik.


Pendapat yang sama juga dikemukakan Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia, Juniman. Menurut dia, penguatan dolar dipicu perbaikan data ekonomi Amerika Serikat. “Data ekonomi Amerika yang positif ini berimplikasi pada kemungkinan diberlakukannya kebijakan tapering off,” ujarnya.


Faktor lain yang ikut menyumbang pelemahan rupiah adalah kondisi perekonomian Indonesia yang melambat sampai 2014. “Arus modal masuk akan tertahan,” kata Juniman. “Selain itu, Indonesia akan menggelar pemilihan umum yang membuat kondisi politik memanas. “Kondisi ini akan berimbas kepada terhambatnya investasi asing.”


Adapun Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, mengatakan, mengatakan, pelemahan rupiah diakibatkan faktor internal dan eksternal. Dari internal, kata dia, karena adanya aksi borong dolar yang dilakukan korporasi untuk membayar utang. Sedangkan faktor eksternal karena kehawatiran pasar atas rencana pengurangan stimulus secara bertahap oleh The Fed. "Rupiah di rongrong dari dalam dan luar,” kata dia, kemarin.


Menurut Sofjan, rencana The Fed melakukan pengurangan stimulus pada awal tahun depan menyebabkan investor waspada dan mulai menarik dananya. "Dana asing di Indonesia itu sampai 35 persen," ujarnya.


Sebelumnya, Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri, menyatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar disebabkan kekhawatiran diberlakukannya tappering off dalam waktu dekat. Selain itu, tingginya permintaan valas pada akhir bulan juga menyebabkan rupiah melemah. "Kecenderungannya karena tappering off akan lebih cepat. Volatilitasnya cukup tinggi,” ujarnya.


Selain tapering off, kata Chatib, pasar masih menunggu pengumuman inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan November oleh Badan Pusat Statistik. Pemerintah memperkirakan angka inflasi pada bulan relatif kecil dibandingkan sebelumnya. “Sampai akhir tahun imnflasi di bawah 9 persen.”


Sampai akhir tahun defisit transaksi berjalan diperkirakan mencapai US$30 miliar lebih tinggi dibandingkan tahun lalu US$24,4 miliar.


ANANDA TERESIA | PINGIT ARIA | ALI NUR YASIN

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

6 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya