TEMPO.CO, Jakarta - Berakhir sudah kekuasaan Sepp Blatter, 79 tahun, di Badan Sepak Bola Dunia atau FIFA. Belum sepekan menjabat kembali sebagai Presiden FIFA untuk kelima kalinya dalam kongres pada 29 Mei lalu, laki-laki Swiss yang bercokol di organisasi ini selama 40 tahun tersebut menyatakan mundur. “Mandat yang saya terima tak didukung semua orang,” katanya.
Blatter pun lengser dengan janji menyiapkan Kongres Luar Biasa FIFA pada Desember atau Maret 2015 mendatang. Benarkah semata karena tak ada yang mendukungnya yang menyebabkan dia lengser?
Menurut media-media Amerika Serikat, Biro Investigasi Federal sedang membidik Blatter dalam dugaan korupsi di FIFA. FBI dan Kejaksaan Amerika sudah meringkus para pejabat FIFA dengan tuduhan rasuah itu. Intronya dimulai ketika New York Times merilis tuduhan suap kepada Sekretaris Jenderal Jerome Valcke dalam penunjukan Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010.
Valcke, yang karib dengan Blatter, semula menyangkal tuduhan itu, tapi dia tak muncul lagi ke publik, bahkan absen di kejuaraan Piala Dunia Wanita di Kanada. Menurut laporan New York Times, pengusutan aliran suap itu mendekatkan penyelidikan kepada Blatter, lebih cepat dari dugaan semula. Enam pejabat FIFA pun masuk dalam daftar Interpol.
GUARDIAN | EUROSPORT | REUTERS | IRFAN
Berikutnya... Siapa Joseph S. Blatter
<!--more-->
Joseph S. Blatter
1936 – Lahir di Visp, Swiss.
1948-1971 –Menjalani karier sebagai pemain sepak bola amatir di Swiss.
1959 – Menyelesaikan pendidikannya di bidang ekonomi.
1959-64 – Bekerja sebagai Kepala PR Dewan Pariwisata Regional.
1964-66—Menjabat Sekjen Federasi Hoki Es Swiss.
1968-75 – Bekerja sebagai PR perusahaan jam tangan Longines dan terlibat dalam Olimpiade 1972-76.
1975 – Bergabung di FIFA.
1981 – Menjadi sekretaris jenderal.
1990 - Ikut dalam negosiasi kontrak untuk hak siar televisi dan marketing hingga Piala Dunia 2006.
1998 - Menjadi Presiden FIFA.
1999 – Menjadi anggota IOC.
29 Mei - Terpilih untuk kelima kalinya menjadi Presiden FIFA.
2 Juni - Mengundurkan diri.
Korupsi Pelbagai Segi
Oktober 2010
Dua anggota Komite Eksekutif FIFA dilaporkan menawarkan suara mereka untuk pemilihan Piala Dunia 2018 dan 2022. Tawaran itu disampaikan kepada reporter The Sunday Times yang menyamar. Bersama empat anggota Komite itu, keanggotaan mereka kemudian ditangguhkan.
Desember 2010
Komite Eksekutif menetapkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Padahal negara Timur Tengah ini memiliki iklim panas yang menyulitkan pertandingan.
Mei 2011
Lord Triesman, Ketua Asosiasi Sepak Bola Inggris, menyebut empat anggota Komite Eksekutif FIFA meminta imbalan untuk mendukung Inggris menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018.
Mei 2011
Mohammed bin Hammam, anggota Komite Eksekutif FIFA, mengundurkan diri dari pencalonan Ketua FIFA. Dia dituduh menyuap utusan Karibia—US$ 40 ribu--untuk memilih Qatar sebagai penyelenggara Piala Dunia 2022.
November 2014
FBI menginvestigasi dugaan korupsi di FIFA dengan merekrut bekas anggota Komite Eksekutif, Chuck Blazer.
November 2014
Michael Garcia, Ketua Tim Investigasi FIFA, kecewa hasil penyelidikannya ihwal undian Piala Dunia 2018 dan 2022 disimpulkan keliru oleh Hans-Joachim Eckert, Ketua Komite Etika FIFA.
27 Mei 2015
Polisi Swiss menangkap tujuh pejabat FIFA di Zurich, Swiss, yang diduga menerima suap US$ 150 juta. Kejaksaan Swiss membuka penyelidikan terhadap undian tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.
29 Mei 2015
Blatter terpilih menjadi Ketua FIFA untuk yang kelima kalinya.
30 Mei 2015
Richard Weber, kepala penyelidikan dari Internal Revenue Service, mengatakan penyelidikan kasus FIFA akan memasuki tahap baru dan akan menyeret lebih banyak lagi orang.
1 Juni 2015
Harian The New York Times melaporkan Sekjen FIFA Jerome Valcke meneruskan suap US$ 10 juta kepada Wakil Presiden FIFA dari Afrika Selatan sebagai imbalan telah memilihnya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010.
2 Juni
Sepp Blatter mundur.
SUMBER: FIFA