TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkap peran Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembahasan penyelamatan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
Kalla ikut membahas bagaimana PT Pertamina Persero dilibatkan dalam upaya menyelamatkan TPPI dengan memberikan kesempatan menjual kondensat milik negara. “Dalam rapat yang dipimpin Wakil Presiden (Jusuf Kalla), dibahas bagaimana menyelamatkan PT TPPI dengan meminta Pertamina memberikan kondensat kepada TPPI,” kata Sri Mulyani setelah diperiksa polisi di Kementerian Keuangan, Senin 8 Juni 2015.
Sri Mulyani dimintai keterangan oleh Badan Reserse Kriminal selama 12 jam sejak pukul 09.00 di kantor Kementerian Keuangan. Pemeriksaan ini berkaitan dengan upaya polisi yang sedang menindaklanjuti hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan.
Sejak enam bulan lalu BPK mengaudit investigasi penyimpangan dalam penjualan kondensat milik negara yang dilakukan oleh TPPI. Diduga ada kerugian negara hingga Rp 2,4 triliun.
PT TPPI adalah perusahaan yang awalnya dimiliki oleh Honggo Wendratno. Perusahaan yang bergerak di bidang energi ini hampir bangkrut pada 1998 dan diselamatkan lewat pengucuran dana oleh pemerintah. Sejak saat itu pemerintah memiliki saham di perusahaan tersebut. Agar perusahaan itu terus beroperasi, TPPI diberi proyek berupa penjualan kondensat milik negara. Ada dugaan bahwa uang hasil penjualan kondensat ini tidak masuk ke kas negara.
Berdasarkan audit BPK itu, Sri Mulyani mengeluarkan persetujuan penjualan kondensat milik negara melalui PT TPPI. BPK menganggap persetujuan Menteri Keuangan tadi tak mempertimbangkan kondisi PT TPPI yang tengah terlilit masalah keuangan dan utang ke Pertamina.
Sri Mulyani menegaskan bahwa nota dinas yang dia terbitkan sudah berdasarkan kajian bahwa kondisi keuangan TPPI sedang tak baik. Menurut dia, tujuan pengaturan tersebut untuk menjaga kepentingan negara, yakni memastikan kewajiban atas kondensat milik negara dibayar lunas, pengadaan bahan bakar dalam negeri dikelola sesuai dengan undang-undang, dan memaksimalkan aset negara. “Dalam hal aset negara ini, termasuk PT TPPI, yang lebih dari 50 persen asetnya milik negara,” kata dia.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku tak berkeberatan apabila dimintai keterangan dalam upaya pengungkapan kasus hukum. "Jangankan dia (Sri Mulyani), saya saja Wakil Presiden bersedia memberikan kesaksian di pengadilan," kata Kalla di kantornya, Kamis lalu.
Kalla merujuk pada kesiapannya menjadi saksi perkara korupsi yang menjerat bekas Bupati Indramayu, Irianto Syaifuddin alias Yance, di Bandung pada bulan lalu. Tentang pernyataan Sri Mulyani, Kalla belum terkonfirmasi lagi. Sedangkan staf khusus Kalla, Husain Abdullah, tak menjawab ketika dihubungi.
TRI ARTINING PUTRI | REZA ADITYA | INDRA WIJAYA | PURWANTO
Berita terkait
Minta Perbaikan Kinerja, Pernyataan Lengkap Sri Mulyani tentang Alat Belajar SLB Dipajaki Bea Cukai
19 menit lalu
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tanggapi kasus penahanan hibah alat belajar SLB oleh Bea Cukai.
Baca SelengkapnyaBeberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik
3 jam lalu
Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh
Baca SelengkapnyaRangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank
12 jam lalu
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.
Baca SelengkapnyaViral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai
1 hari lalu
Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.
Baca SelengkapnyaBertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional
2 hari lalu
Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.
Baca SelengkapnyaMasih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS
2 hari lalu
Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaSemakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun
2 hari lalu
Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun
2 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun
2 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.
Baca SelengkapnyaHarga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi
2 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.
Baca Selengkapnya