Dolar Tembus 14 Ribu, Waspadai Tipisnya Cadangan Devisa

Reporter

Editor

Selasa, 25 Agustus 2015 10:45 WIB

Ilustrasi bursa efek dan kurs Rupiah. Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah analis memperingatkan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah untuk menjaga kecukupan cadangan devisa di tengah laju pelemahan rupiah yang kian cepat.

Analis dari Eshandar Artha Mas Berjangka, Tony Mariano, mengatakan intervensi Bank Indonesia tidak cukup untuk menahan laju dolar yang didasari motif spekulasi. “Permintaan dolar justru kebanyakan untuk antisipasi pelemahan rupiah,” kata dia kepada Tempo, Senin 24 Agustus 2015.

Tony mengingatkan bahwa nilai cadangan devisa terus menunjukkan penurunan. Data BI menyebutkan, pada Januari-Juli, cadangan devisa tersisa US$ 107,55 miliar atau berkurang US$ 6,69 miliar. Tony pun ragu akan kemampuan instrumen tersebut dalam menjaga kurs rupiah. Apalagi ada kendala ambang batas aman yang ditetapkan Dana Moneter Internasional (IMF), di mana cadangan devisa harus menutupi kebutuhan impor untuk 3-4 bulan. "BI tak mungkin terus menabur dolar ke pasar uang,” ujarnya.

Ekonom Bank Internasional Indonesia, Juniman, juga memperingatkan Bank Indonesia agar tidak terus menggunakan cadangan devisa. "Karena tekanan atas rupiah akan terus terjadi," katanya. Yang terpenting, kata Juniman, pemerintah harus membentuk iklim ekonomi yang kondusif agar investor terus menanamkan modalnya. Penyerapan anggaran belanja infrastruktur pun harus dipercepat.

Kemarin, kurs rupiah melemah 108,2 poin (0,78 persen) ke level 14.049,5 per dolar AS. Lesunya rupiah terjadi berbarengan dengan ringgit yang menurun 1,79 persen ke level 4,243 per dolar AS dan rupee (1,21 persen) menjadi 66,613 per dolar AS. Juniman memperkirakan rupiah bakal terus merosot hingga ke level 14.400 pada akhir September nanti. Ada dua faktor yang membuat rupiah kian tertekan, yakni rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed's Rate) dan devaluasi mata uang yuan Cina.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, mengatakan tak banyak yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan BI di tengah kepanikan pasar.

“Sulit menggunakan kebijakan yang biasa, karena yang dihadapi adalah orang panik dan low confidence,” kata dia. Tony mengatakan situasi ini sebenarnya bersifat sementara karena secara fundamental perekonomian Indonesia tidak terlalu buruk. “Jika kepanikan tidak berlanjut, rupiah akan menguat," ujarnya.

Gubernur BI Agus Martowardojo juga menyatakan pasar tidak perlu khawatir karena cadangan devisa masih cukup untuk membiayai impor kita selama tujuh bulan. Dia menjamin situasi saat ini tidak seperti krisis pada 1997 dan 2008, karena inflasi dan volatilitas kurs mata uang lebih terkendali.

"Dulu inflasi bisa 60 persen, sekarang di bawah 4,5 persen," kata dia di Istana Bogor. Agus menyatakan tengah berkoordinasi dengan bank sentral negara lain, berkaitan dengan kemungkinan pertukaran (swap) mata uang secara bilateral.

MEGEL JEKSON | FAIZ NASHRILLAH

Berita terkait

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

5 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

5 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

5 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

6 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

29 hari lalu

Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

Harta kekayaan Jokowi Rp 95,8 miliar selama menjabat. Bandingkan dengan harta kekayaan presiden sebelumnya, Megawati dan SBY. Ini paling tajir.

Baca Selengkapnya

Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

18 Februari 2024

Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

Setiap kali Prabowo menyebut nama Titiek Soeharto, pendukungnya bersorak. Berikut profil pemilik nama Siti Hediato Hariyadi.

Baca Selengkapnya

Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

13 Februari 2024

Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

Tujuh Presiden RI miliki cerita pada akhir masa jabatannya. Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi punya takdirnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

11 Januari 2024

Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bisa disebut sebagai ketua umum partai terlama di negeri ini. Sejak kapan?

Baca Selengkapnya