Kubu Trump Wacanakan Pendataan Imigran Muslim

Reporter

Editor

Jumat, 18 November 2016 12:06 WIB

Ekspresi Presiden AS terpilih Donald Trump, saat berbicara pada malam pemilihan di Manhattan, New York, 9 November 2016. Trump memenangkan pemilu AS dengan electoral college votes 276. REUTERS/Mike Segar

TEMPO.CO, Jakarta - Tim penasihat Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, tengah membahas rencana membuat sistem pendataan imigran muslim di Amerika Serikat. Rencana itu akan mengatur semua warga muslim di Negeri Abang Sam itu dengan memasukkan mereka ke database.

Kris Kobach, salah seorang anggota tim transisi Donald Trump, mengatakan saat ini tim imigrasi telah membahas dan menyusun rencana tersebut. ”Sehingga Trump dan Departemen Keamanan Dalam Negeri punya landasan untuk bisa menerapkannya,” ujar dia, seperti dilansir Reuters, Kamis 17 November 2016.

Rencana pendataan warga muslim menjadi bagian dari kampanye Donald Trump. Taipan real estate ini, dalam kampanye pemilihan presiden, menyatakan melarang warga muslim masuk Amerika. Donald Trump juga bakal mendeportasi imigran ilegal dan membangun tembok perbatasan Amerika-Meksiko dengan biaya proyek yang dibebankan kepada Meksiko.

Kobach, sekretaris Negara Bagian Kansas, termasuk orang yang membantu menyusun Undang-Undang Imigrasi secara ketat di sejumlah negara bagian. Program pendataan warga muslim muncul pertama kali pada era pemerintahan Goerge W. Bush setelah aksi teroris di New York pada 2001, yang dikenal dengan Tragedi 11/9.

Sebagai seorang staf di Departemen Kehakiman pada era Presiden Bush, Kobach menjadi bagian dari tim pengumpul data warga asing dengan nama The National Security Entry-Exit Registration System (NSEERS). Di bawah NSEERS, orang dari negara-negara yang dianggap “berisiko tinggi” harus menjalani interogasi dan pemeriksaan sidik jari saat masuk Amerika. Program registrasi ini berfokus pada pengunjung non-warga negara Amerika berusia 16 tahun hingga lebih dari 24 tahun.

"Ini berlaku bagi warga dari negara yang masuk kategori surga para teroris,” ujar Kobach. Namun program itu berhenti pada 2011 karena menuai kritik dari masyarakat sipil. Pegiat hak asasi Amerika dan warga sipil muslim menilai program ini diskriminatif.

Sejumlah kalangan kecewa atas terpilihnya Donald Trump dan berniat pindah dari Amerika. Negara yang menjadi tujuannya antara lain Kanada dan Selandia Baru. Wali Kota London Sadiq Khan mengatakan kotanya terbuka bagi mereka yang kecewa terhadap Donald Trump. "Jika orang-orang berbakat yang berada di Amerika ingin datang ke sini, London terbuka," ujar Khan, dalam wawancara bersama Direktur Google, Sundar Pichai. Khan memastikan laman lembaga imigrasi Inggris tidak akan rusak seperti yang dialami Kanada.

Robert McCaw, Dewan Hubungan Islam Amerika, menilai, jika program NSEERS kembali diberlakukan, hal itu hanya akan mengulang masa lampau. ”Program itu tidak hanya diskriminatif, tapi juga tidak efektif," ujar dia.

Peter Spiro, ahli hukum internasional dari Universitas Temple, menilai kebijakan pendataan warga sangat mengerikan dengan nilai kontra-terorisme nol. ”Tidak bisa mengatakan bahwa ini tidak diskriminatif. Ini hanya bagi warga dari negara-negara tertentu, terutama muslim," kata Spiro. Meski demikian, ucap dia, aturan yang berlaku untuk hukum imigrasi tersebut cukup konstitusional.

INDEPENDENT | VOX | STANDARD
| POLITICO | SUKMA LOPPIES

Berita lainnya:

Ahok Tersangka, Megawati Angkat Bicara

Nokia Luncurkan Nokia 216 Seharga Rp 450 Ribu
Sebut Demonstran 411 Dibayar, Ahok Dilaporkan ke Bareskrim

Berita terkait

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

1 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

11 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

18 hari lalu

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

22 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

29 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

31 hari lalu

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

Joe Biden 81 tahun dan Donald Trump 78 tahun akan bertarung di kontestasi pemilihan Presiden AS di usia yang tak lagi muda.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

34 hari lalu

Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

Top 3 dunia adalah Joe Biden akan bertanding ulang melawan Donald Trump di Pilpres AS hingga masyarakat Arab di Amerika Serikat kecewa.

Baca Selengkapnya

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

34 hari lalu

Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.

Baca Selengkapnya

Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

34 hari lalu

Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

Pada pemilihan Presiden AS, Joe Biden akan tanding ulang dengan Donald Trump. Bagaimana sistem pemilu di Amerika Serikat?

Baca Selengkapnya