Aturan Sekolah Lima Hari Akan Dievaluasi

Reporter

Editor

Minggu, 18 Juni 2017 12:33 WIB

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy. TEMPO/M. Iqbal Ichsan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy akan mengevaluasi kebijakan penambahan jam belajar. Kementerian perlu berhati-hati melangkah, menyusul maraknya kritik dari sejumlah kalangan. “Sambil mendengar saran dan masukan dari berbagai pihak,” kata Muhadjir kepada Tempo.


Muhadjir telah menjelaskan kebijakan baru dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah. “Presiden ingin sosialisasi ditingkatkan,” kata dia. Seusai pertemuan, Muhadjir juga telah bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia, yang vokal menolak regulasi tersebut.


Aturan baru tentang hari sekolah diteken Muhadjir, Senin lalu. Penyelenggaraan pendidikan menjadi lima hari sepekan selama delapan jam per hari. Kementerian Agama khawatir kebijakan tersebut akan mengganggu keberadaan lembaga pendidikan keagamaan binaan mereka. Kerisauan serupa dirasakan MUI Nahdlatul Ulama. Adapun Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyoroti potensi tergerusnya hak dasar anak, terutama siswa sekolah dasar, untuk berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan tempat tinggal.


Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan Presiden Joko Widodo meminta agar kebijakan ini dikaji mendalam sebelum diaplikasikan. Pramono, Muhadjir, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno telah berdiskusi panjang. “Pemerintah menangkap apa yang menjadi keresahan publik,” ujarnya.


Tim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang menyusun petunjuk teknis aturan baru ini. Kemarin, mereka bertemu dengan tim Kementerian Agama. Di berbagai daerah, peraturan hari sekolah dianggap bisa menghilangkan tradisi. Di Aceh, misalnya, siswa sekolah dasar biasanya mengikuti taman pendidikan Al-Quran (TPA) di masjid setelah bersekolah hingga asar. “Kalau anak belajar mengajinya di sekolah, silaturahmi dengan teman-teman di lingkungan rumah bisa hilang,” kata Aniza Fitria, pengelola TPA Al Ghafur Gani, Aceh Besar.


Advertising
Advertising

Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah berniat menyurati Menteri Muhadjir untuk meminta agar kebijakan tersebut dikaji ulang karena minimnya fasilitas sekolah di daerahnya. “Untuk sekolah dasar, kami masih kekurangan 437 ruang belajar. Kami butuh waktu hingga 2020 untuk menambah kelas tersebut," ujarnya.

TIM TEMPO

Berita terkait

Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024, Muhadjir Effendy: Bencana Bukan Urusan Sembarangan

2 hari lalu

Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024, Muhadjir Effendy: Bencana Bukan Urusan Sembarangan

Menko PMK Muhadjir Effendy meminta Sumatera Barat bisa mencanangkan sadar bencana setiap harinya dalam puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana 2024.

Baca Selengkapnya

Menko PMK Muhadjir Effendy Harap MK Hasilkan Putusan Terbaik dalam Sengketa Pilpres

7 hari lalu

Menko PMK Muhadjir Effendy Harap MK Hasilkan Putusan Terbaik dalam Sengketa Pilpres

Muhadjir mengatakan, putusan terbaik perlu dibuat karena MK merupakan lembaga hukum tertinggi. Keputusan MK juga tidak bisa diganggu gugat.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Blak-blakan Kritik 3 Menteri Jokowi di Sidang Sengketa Pilpres: Mereka Hanya Baca Pidato Kenegaraan

15 hari lalu

Faisal Basri Blak-blakan Kritik 3 Menteri Jokowi di Sidang Sengketa Pilpres: Mereka Hanya Baca Pidato Kenegaraan

Faisal Basri menanggapi kesaksian empat menteri Presiden Jokowi dalam sidang sengketa Pilpres 2024. Tiga di antaranya disebut hanya membaca pidato.

Baca Selengkapnya

Diskon Tarif Tol Trans Jawa Arus Mudik dan Arus Balik Sampai Kapan? Catat Tanggal dan Ruas Jalan Tolnya

16 hari lalu

Diskon Tarif Tol Trans Jawa Arus Mudik dan Arus Balik Sampai Kapan? Catat Tanggal dan Ruas Jalan Tolnya

Batas waktu diskon tarif Tol Trans Jawa untuka rus mudik dan arus balik, sampai kapan dan di ruas jalan tol mana saja?

Baca Selengkapnya

Riwayat Pendidikan 4 Menteri Jokowi yang Beri Keterangan Saat Sidang Sengketa Pilpres di MK

22 hari lalu

Riwayat Pendidikan 4 Menteri Jokowi yang Beri Keterangan Saat Sidang Sengketa Pilpres di MK

Ini pendidikan terakhir 4 menteri Jokowi yang dipanggil MK pada sidang sengketa pilpres: Sri Mulyani, Risma, Muhadjir Effendy, Airlangga Hartarto.

Baca Selengkapnya

Ketua MK Tegur Muhadjir karena Bela Jokowi soal Bagi-bagi Bansos

23 hari lalu

Ketua MK Tegur Muhadjir karena Bela Jokowi soal Bagi-bagi Bansos

Menko PMK Muhadjir sempat kena tegur Hakim MK karena dianggap memberikan pembelaan untuk program bansos yang dilakukan Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jadi Saksi Sengketa Pilpres di MK, Muhadjir Sebut Tak Ada Pejabat 100 Persen Netral

23 hari lalu

Jadi Saksi Sengketa Pilpres di MK, Muhadjir Sebut Tak Ada Pejabat 100 Persen Netral

Muhadjir Effendy menyatakan tidak ada pejabat yang netral karena setiap orang memiliki preferensi dan tendensi politik.

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pilpres: Apa Kata 4 Menteri tentang Bansos Jokowi?

24 hari lalu

Sidang Sengketa Pilpres: Apa Kata 4 Menteri tentang Bansos Jokowi?

Empat menteri tampil di sidang sengketa pilpres menjelaskan tentang bansos Jokowi, yang dianggap tim hukum Anies dan Ganjar menguntungkan Prabowo

Baca Selengkapnya

Begini Kata Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, Risma, Muhadjir Effendy Saat Sidang Sengketa Pilpres atau PHPU di MK

24 hari lalu

Begini Kata Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, Risma, Muhadjir Effendy Saat Sidang Sengketa Pilpres atau PHPU di MK

Keempat Menteri Jokowi bicara di sidang sengketa Pilpres atau PHPU di MK. Apa kata Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, Risma, Muhadjir Effendy?

Baca Selengkapnya

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

24 hari lalu

Muhadjir Effendy Sebut Anggaran Rp 496,8 Triliun untuk Perlinsos Sudah Disetujui DPR

Muhadjir Effendy menyebut program perlinsos ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya