Jokowi dan Erdogan Sepakati Kerja Sama Antiteror dan Persenjataan

Reporter

Editor

Jumat, 7 Juli 2017 07:51 WIB

Presiden Jokowi (kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelum berangkat untuk kunjungan kenegaraan ke Turki dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, 5 Juli 2017. Lawatan ini merupakan kunjungan balasan atas kunjungan Presiden Recep Tayyip Erdogan ke Jakarta pada 2015. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Ankara - Indonesia dan Turki bersepakat meningkatkan kerja sama antiterorisme, terutama dengan berbagi informasi intelijen. Kesepakatan itu tercapai dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. "Kami memutuskan untuk memperkuat kerja sama antiterorisme dengan berbagi (informasi) intelijen,” kata Presiden Jokowi, yang sedang mengadakan lawatan kenegaraan ke Turki, kemarin.

Presiden Erdogan menyambut baik pernyataan Jokowi dan menekankan pentingnya pencegahan limpahan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ke negara-negara lain setelah kekalahan kelompok itu di Timur Tengah. “Kita harus lebih berhati-hati dan memaksimalkan (kerja sama) berbagi (informasi) intelijen. Kita harus mencegah teroris Daesh pergi dari wilayah yang mereka duduki ke negara lain," kata Erdogan. Dia menyebut ISIS dalam bahasa Arab, “Daesh”, dalam konferensi pers bersama Jokowi di Ankara kemarin.


Jokowi mengadakan lawatan kenegaraan ke Turki pada 5-6 Juli sebelum menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Hamburg, Jerman, 7-8 Juli 2017.


Sebelum keberangkatan Presiden ke Turki, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Suhardi Alius, mengungkapkan bahwa Indonesia menjajaki kerja sama untuk memilah ribuan warga Indonesia yang kembali dari Timur Tengah. “Kami meminta pemerintah Turki memberikan informasi lebih awal. Dengan begitu, kami bisa tahu kapan mereka pulang,” kata Suhardi, pekan lalu.

Jokowi bertemu dengan Erdogan pada hari kedua lawatannya ke Turki. Kedua kepala negara bertemu empat mata sebelum mengadakan pertemuan bilateral.


Sejumlah nota kesepahaman ditandatangani, antara lain di bidang perdagangan dan kesehatan. Keduanya juga meresmikan peluncuran negosiasi Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Turki.


Jokowi dan Erdogan membahas upaya mengurangi hambatan perdagangan serta menciptakan iklim investasi yang menguntungkan. Keduanya juga sepakat bekerja sama di bidang manufaktur kapal selam dan drone, juga pembangkit tenaga listrik apung untuk memenuhi kebutuhan listrik Indonesia.


Advertising
Advertising

Seusai pertemuan dengan Presiden Erdogan, Jokowi menerima sejumlah pengusaha Turki yang bergerak di bidang pertahanan, industri perkapalan, dan energi di Hotel JW Marriot, Ankara. Sebelum bertemu dengan Erdogan, Jokowi dan ibu negara Iriana mengawali agenda lawatan dengan meletakkan karangan bunga di makam presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Ataturk, di Ankara.


Dari sana, Presiden dan rombongan menyinggahi Masjid Kocatepe Jamii, yang merupakan masjid terbesar di kawasan Kocatepe, Ankara. Di masjid itu, Jokowi bertemu dengan sejumlah warga Indonesia yang tinggal di Turki, menunaikan salat tahyatul masjid, serta berdialog dengan imam masjid Mehmet Gormez.


Presiden didampingi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Suhardi Alius.


ANADOLU NEWS AGENCY | ISTMAN MP | NATALIA SANTI

Berita terkait

Eks Menteri Turki Dirikan Partai untuk Hadang Erdogan

26 Oktober 2017

Eks Menteri Turki Dirikan Partai untuk Hadang Erdogan

Eks Menteri Dalam Negeri Turki, Meral Aksener dirikan partai baru untuk geser Erdogan dari kursi kepresidenan dalam pemilihan presiden mendatang.

Baca Selengkapnya

Erdogan Ganti Komandan Militer Darat, Udara dan Laut Turki

4 Agustus 2017

Erdogan Ganti Komandan Militer Darat, Udara dan Laut Turki

Perubahan besar di tubuh militer Turki ini dilakukan setelah percobaan kudeta yang gagal lebih dari setahun lalu.

Baca Selengkapnya

Lagi, Turki Perpanjang Masa Darurat untuk Tiga Bulan

18 Juli 2017

Lagi, Turki Perpanjang Masa Darurat untuk Tiga Bulan

Turki memperpanjang masa darurat untuk keempat kalinya

Baca Selengkapnya

Pemerintah Erdogan Tangkap Direktur Amnesty International Turki

7 Juli 2017

Pemerintah Erdogan Tangkap Direktur Amnesty International Turki

Aparat Turki menangkap Direktur Amnesty International Turki, Idil Eser, atas dugaan memiliki hubungan dengan jaringan Fethullah Gulen

Baca Selengkapnya

Terkait Kudeta Gagal, Turki Adili Jurnalis Kenamaan

19 Juni 2017

Terkait Kudeta Gagal, Turki Adili Jurnalis Kenamaan

Turki mengadili 17 orang yang sebagain besar merupakan jurnalis kenamaan karena dituding terlibat dalam kudeta gagal pada Juli 2016.

Baca Selengkapnya

Paspamres Terancam Ditangkap, Erdogan Kecam Amerika Serikat  

16 Juni 2017

Paspamres Terancam Ditangkap, Erdogan Kecam Amerika Serikat  

Erdogan memprotes Amerika Serikat yang dilaporkan mengeluarkan surat penangkapan terhadap Pasmpamres pelaku pemukulan.

Baca Selengkapnya

Gebuki Demonstran di AS, Paspampres Erdogan Terancam Ditangkap

16 Juni 2017

Gebuki Demonstran di AS, Paspampres Erdogan Terancam Ditangkap

AS mengelurkan surat penangkapan terhadap 12 paspampres Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan karena memukuli demonstran di Washington

Baca Selengkapnya

Terkait Gulen, Penasehat Perdana Menteri Turki Ditahan

3 Juni 2017

Terkait Gulen, Penasehat Perdana Menteri Turki Ditahan

Diduga memiliki hubungan dengan ulama Fethullah Gulen yang didakwa berada di balik kudeta Juli 2016.

Baca Selengkapnya

Setelah Topan Yolanda, Turki Bangun Masjid di Filipina

2 Juni 2017

Setelah Topan Yolanda, Turki Bangun Masjid di Filipina

TDV menghabiskan dana sekitar Rp 13 miliar, termasuk untuk pembangunan masjid di tiga kawasan di Kota Ormoc.

Baca Selengkapnya

Erdogan: Turki Tak Bisa Menerima Dukungan Amerika ke Kurdi

17 Mei 2017

Erdogan: Turki Tak Bisa Menerima Dukungan Amerika ke Kurdi

Presiden Turki, Erdogan mengatakan dirinya tidak akan pernah bisa menerima pasukan kurdi yang didukung Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya