Setelah Full Day School Tak Lagi Wajib

Reporter

Editor

Kamis, 7 September 2017 17:38 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo akhirnya meneken Peraturan Presiden tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Perpres Nomor 87 Tahun 2017 itu merupakan pengganti Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah atau yang lebih dikenal dengan full-day school.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan, dengan terbitnya perpres ini, penerapan lima hari sekolah menjadi pilihan. Menurut dia, aturan dalam peraturan menteri yang ia buat akan disesuaikan dengan perpres baru. "Jadi, ada lima hari, ada enam hari," kata dia.

Baca Juga: Presiden Teken Perpres, Mendikbud: Full-Day School Opsional

Penandatanganan perpres itu berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, dan dihadiri sejumlah pemimpin organisasi kemasyarakatan Islam. "Saya sangat berbahagia semuanya memberikan dukungan penuh terhadap Perpres," kata Jokowi, Rabu, 6 September 2017.

Ia menuturkan, pembentukan perpres itu atas masukan dari berbagai organisasi kemasyarakatan Islam. Maka, menurut dia, isi Perpres telah komprehensif dan mengakomodasi semua kelompok. Setelah Presiden meneken perpres itu, pemerintah selanjutnya menyiapkan petunjuk teknis dan pelaksanaan agar bisa segera diterapkan.

Sejumlah perwakilan organisasi kemasyarakatan Islam yang menghadiri penetapan perpres ini adalah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Al Irsyad, Al Washliyah, Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Ada juga Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Sebelumnya, kehadiran Permendikbud Hari Sekolah menimbulkan polemik, khususnya di kalangan Nahdlatul Ulama. Peraturan yang kerap disebut sebagai lima hari sekolah itu dianggap bakal mematikan keberadaan madrasah dan pesantren yang sudah lama hadir.

Pemerintah pun akhirnya memilih mengganti Permendikbud menjadi Perpres. Kehadiran perpres itu, ucap Jokowi, juga akan menjadi payung hukum bagi pemerintah daerah. Sebab, upaya penguatan pendidikan karakter di sekolah memerlukan anggaran. "Saya kira kekuatan Perpres ada di situ," katanya.

Ketua PBNU Said Aqil Siradj mengajak masyarakat tak lagi memperdebatkan kebijakan full-day school yang tertuang dalam peraturan menteri. “Dengan Perpres, kami akhiri perdebatan Permendikbud tentang hari sekolah," ucapnya. Masyarakat, kata dia, perlu mengawal perpres itu sebagai upaya membangun karakter bangsa Indonesia. "Ini untuk melahirkan generasi bangsa yang memiliki nilai, berakhlak, cinta tanah air, saling menolong, dan menghormati sesama," katanya.

Menurut dia, pendidikan karakter sudah berjalan lama di lingkungan NU, bahkan sebelum Indonesia berdiri. Said mengatakan, melalui perpres ini, negara bertanggungjawab dalam penguatan madrasah diniyah. "Pemerintah pusat dan daerah perlu menjalankannya dengan konsisten dan sesuai dengan peraturan," ucapnya.


KARTIKA ANGGRAENI | ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Presidential Club Alias DPA: Dibentuk Soekarno, Dihapus saat Reformasi dan Dihidupkan Kembali Prabowo?

35 menit lalu

Presidential Club Alias DPA: Dibentuk Soekarno, Dihapus saat Reformasi dan Dihidupkan Kembali Prabowo?

Presiden terpilih Prabowo berniat membentuk 'Presidential Club' yang terdiri atas para mantan Presiden RI untuk menjadi semacam penasihat pemerintah.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kunjungan ke Karawang untuk Panen Ikan Nila

42 menit lalu

Jokowi Kunjungan ke Karawang untuk Panen Ikan Nila

Presiden Jokowi juga akan meresmikan Modeling Kawasan Tambak Budi Daya Ikan Nila Salin.

Baca Selengkapnya

Ramai-ramai Ingatkan Prabowo soal Ini Jika Ingin Tambah Kementerian

1 jam lalu

Ramai-ramai Ingatkan Prabowo soal Ini Jika Ingin Tambah Kementerian

Rencana Prabowo menambah jumlah kementerian dari 34 menjadi 40 menuai respons dari sejumlah kalangan. Mereka ingatkan Prabowo soal ini.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Presiden Jokowi dan Gibran soal Presidential Club yang Ingin Dibentuk Prabowo?

1 jam lalu

Apa Kata Presiden Jokowi dan Gibran soal Presidential Club yang Ingin Dibentuk Prabowo?

Presiden Jokowi dan putra sulungnya yang juga Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, menyambut baik pembentukan presidential club.

Baca Selengkapnya

Kabinet Prabowo: antara Orang Toxic dan Nomenklatur 40 Menteri

2 jam lalu

Kabinet Prabowo: antara Orang Toxic dan Nomenklatur 40 Menteri

Prabowo Subianto aktif membuka komunikasi dengan partai-partai yang sebelumnya berseberangan dalam Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Penambahan Menteri di Kabinet Prabowo, Orang Toxic, hingga Parpol Baru

2 jam lalu

Jokowi soal Penambahan Menteri di Kabinet Prabowo, Orang Toxic, hingga Parpol Baru

Apa kata Jokowi mengenai wacana penambahan menteri di Kabinet Prabowo hingga partai baru setelah tidak dianggap PDIP.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

2 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Tanggapan Jokowi Atas Fenomena Pabrik Tutup, Cerita Pengguna Starlink hingga Viral Pajak Rp9 Juta

3 jam lalu

Terpopuler Bisnis: Tanggapan Jokowi Atas Fenomena Pabrik Tutup, Cerita Pengguna Starlink hingga Viral Pajak Rp9 Juta

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memaklumi usaha selalu ada kondisi naik turun.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

12 jam lalu

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

Wapres mengatakan presidential club ini bisa dalam bentuk konsultasi baik secara personal maupun informal, jika sulit diformalkan

Baca Selengkapnya

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

12 jam lalu

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

Jerry Sambuaga mengatakan baik Jerman maupun Indonesia memegang posisi penting di regional masing-masing.

Baca Selengkapnya