Namun, pengakuan itu membuat jaksa heran. Lantaran menurut Kodir, CCTV juga ada di setiap kamar rumah dinas Sambo tersebut. Sementara, sebelum pindah di Saguling, istri Ferdy Sambo tinggal di rumah dinas itu.
"Di sini (kamu) bilang Bu Putri kan ada di situ, ini kamu bisa lihat kalau ngapa-ngapain? Itu kan kamar pribadi ibu,” kata jaksa. “Lancang kali saudara, kalau tiba-tiba bu Putri lagi ngapa-ngapain kamu bisa lihat dong?" lanjutnya.
Namun Kodir menjawab ia tidak melihat. Padahal berdasarkan pengakuannya ia dapat melihat seluruh rekaman CCTV di rumah tersebut.
"Logikanya, saudara mendapat wewenang dari Ferdy Sambo untuk lihat CCTV. Kenapa saudara bisa cek 15 Juni? Enggak logic, kamu ini diperiksa September 2022. Ingat kau?” kata jaksa.
Namun Kodir tetap dengan pernyataannya dia bisa masuk ke kamar Ferdy Sambo dan Putri itu. Bahkan dia mengaku sebagai orang yang melapor ke Brigadir Yosua tentang CCTV rusak, usai melihat monitornya yang ada di kamar Putri. Kodir juga mengatakan hingga peristiwa penembakan Yosua CCTV tersebut belum diperbaiki.
Namun ketika ditanyakan mengapa tidak mengunci pintu saat kejadian, Kodir mengatakan pintu tidak dikunci karena ada CCTV. Padahal sebelumnya ia mengatakan CCTV rusak.
"Yang benar yang mana? Saudara bilang CCTV rusak, tapi di sini juga disebut tidak mengunci pintu karena ada CCTV, artinya CCTV bagus?" tanya jaksa.
Kodir menjelaskan CCTV memang rusak, tetapi ia tidak bisa menjawab alasan kenapa tidak mengunci rumah karena ada CCTV. Kodir mengatakan dialah orang yang membersihkan darah Yosua yang berceceran di lantai. Namun ia mengaku diperintah oleh seseorang yang mengenakan kaos, namun mengatakan tidak mengenalnya. Ia mengatakan membersihkan darah Yosua menggunakan serok air bermata karet dan kain lap.
“Saya lagi di garasi, terus dia bilang ‘Mas, tolong dong bersihin dalam’,” kata Kodir saat ditanya Jaksa Penuntut Umum.
Kodir pun diminta jaksa menceritakan bagaimana ia membersihkan darah Yosua di samping tangga. Kodir mengatakan awalnya ia memakai serok kayu, kemudian memakai kain lap untuk membersihkan sisa darah.
“Menggunakan serok kayu, kemudian dibuang ke kamar mandi,” ujar Kodir.
Namun Kodir tidak mengenal siapa yang memerintahkannya membersihkan darah. Ia juga tidak mengingat ciri-ciri pemberi perintah, hanya mencirikannya mengenakan kaos.
Kodir mengatakan rombongan Putri Candrawathi tiba di rumah Duren Tiga sekitar pukul 17.00 WIB. Putri, kata dia, datang bersama Ricky Rizal, Richard Eliezer, Yosua, Kuat Ma’ruf, dan Susi. Namun ia tidak mengetahui kejadian di dalam rumah karena ia berada di luar rumah bersama ajudan Ferdy Sambo, Adzan Romer.
“Kurang lebih 10 menit Putri masuk, Ferdy Sambo datang,” ujarnya.
Ia mengaku tidak tahu apa yang dilakukan Ferdy Sambo di dalam. Tiba-tiba, Kodir mendengar suara tembakan lebih dari satu kali. “Saya berlarian ke luar rumah. Ke pinggir jalan. Saya menanyakan ke Om Romer ‘Om ada apa?’. Tidak ada jawaban karena panik,” kata pria yang telah bekerja pada Ferdy Sambo sejak 2010 ini.
Kodir mengatakan baru masuk ke dalam rumah sekitar pukul 20.00 WIB. Ia mengatakan sudah banyak orang ketika ia masuk rumah Duren Tiga. Ketika itu ia melihat bercak darah di lantai, namun tidak menemukan jenazah Brigadir Yosua karena sudah dibawa dengan ambulans dari rumah dinas Ferdy Sambo.
Baca: Vera Simanjuntak Ungkap Pesan Terakhir Brigadir J: Ikhlaskan Saja Diriku
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.