TEMPO.CO, Jakarta - Jepang telah masuk ke dalam jurang resesi usai pertumbuhan ekonominya kontraksi atau minus dua kuartal berturut-turut. Melansir dari Reuters, Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang menyusut 0,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal ke-IV 2023. Pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Jepang juga menurun 3,3 persen (yoy).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan resesi yang dialami Jepang ini akan menjadi tantangan bagi lingkungan global, termasuk Indonesia. Dia menjelaskan, beberapa lembaga telah memproyeksikan kinerja perekonomian negara-negara maju yang akan cukup tertekan pada tahun ini. Hal tersebut terjadi karena kenaikan suku bunga di berbagai negara yang cukup tinggi dalam waktu singkat, sehingga turut mempengaruhi kinerja ekonomi negara maju.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyebut pihaknya akan terus memantau dampak resesi Jepang terhadap sektor keuangan Indonesia. “Kami akan cermati sekiranya ada dampak, tapi sejauh ini kami tidak mengharapkan dan antisipasi ada dampak terlalu berat. Karena kan hal yang juga sudah kita lihat beberapa waktu terakhir ini," ujar Mahendra ketika ditemui usai Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024 di Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.
Sementara Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, meminta masyarakat tidak langsung percaya dengan ramalan atau prediksi International Monetary Fund (IMF) soal gejolak global. Menurut dia, kinerja ekonomi sejumlah negara maju cukup baik. Purbaya mengklaim perekonomian Amerika Serikat saat ini masih kuat, ditopang stimulus yang diberikan Cina.
Apa Kata Ekonom?
Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai bahwa resesi Jepang bakal memberikan efek pada penurunan kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan, mengingat Jepang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Menurut dia, pengaruhnya akan terasa secara langsung maupun tidak langsung.
“Jepang juga merupakan partner dagang utama Amerika Serikat sehingga ada asumsi jika resesi Jepang ini berlanjut, tentu akan ikut mempengaruhi kinerja ekspor Amerika Serikat, sehingga secara tidak langsung juga akan ikut mempengaruhi kinerja ekonomi negara tersebut,” ujar Yusuf kepada Tempo, Jumat, 23 Februari 2024.
Artinya, kata Yusuf, hal ini masuk ke dalam dampak tidak langsung ke Indonesia karena Amerika Serikat merupakan salah satu negara penyumbang utama ekonomi global. Melemahnya ekonomi Amerika Serikat juga akan ikut melemahkan ekonomi negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
Selain dampak melalui perdagangan internasional, Yusud menilai resesi Jepang juga berimbas pada sektor keuangan melalui sentimen di pasar keuangan. Tapi menurutnya, sentimen di pasar keuangan akan bersifat sementara dan jangka pendek. Meski begitu, hal ini juga perlu diantisipasi di tengah upaya untuk menjaga pasar keuangan di Indonesia, yang juga berkaitan dengan stabilitas nilai tukar rupiah.
Senada, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan situasi di Jepang saat ini bisa berpengaruh cukup besar bagi ekspor Indonesia. Tapi, di sisi lain, Bhima menilai fenomena ini bisa menjadi peluang karena Jepang pasti akan melihat potensi investasi di luar negerinya, salah satunya di Indonesia.
Selanjutnya: “Indonesia sebagai negara yang masih berkembang...