Di sisi lain, ia memperkirakan akan adanya kontraksi ekspor dan impor pada kuartal III 2020. Sebab, hampir semua negara tujuan ekspor diperkirakan bakal menjaga keseimbangan perdagangannya agar resesi tidak semakin parah. Di sisi lain, dari sisi impor pun Indonesia dibayangi ancaman banjir impor dan kebijakan dumping dari negara lain.
"Pemerintah harus mengendalikan impor dan menginvestigasi potensi dumping dan subsidi dari negara lain," ujar Shinta. Apabila pemerintah tidak segera mengambil langkah signifikan, maka ia memperkirakan Indonesia juga akan terjerembab ke dalam resesi teknikal lantaran dua kali mengalami pertumbuhan negatif berturut-turut.
Saat ini, menurut dia, kondisi regulasi dan penerapan stimulus yang ada saat ini tidak cukup signifikan membantu peningkatan kegiatan ekonomi dan produktivitas nasional. Regulasi yang memengaruhi iklim usaha dan investasi pun dinilai tidak cukup menarik bagi investor untuk mengalihkan modalnya secara signifikan ke Tanah Air.
Karena itu, ia mengatakan dua hal tersebut harus menjadi perhatian pemerintah untuk bisa lolos dari ancaman resesi tersebut. "Bila technical recession berlanjut hingga akhir tahun, akn sangat sulit bagi indonesia untuk kembali ke level pra-pandemi," kata Shinta.
Warga mengamati permukiman bantaran sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Rabu 15 April 2020. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap proyeksi pemerintah terhadap angka kemiskinan naik dari 9,15 persen menjadi 9,59 persen pada tahun ini akibat pandemi virus corona atau COVID-19. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Ajib Hamdani juga meyakini bahwa resesi ekonomi negara lain akan memberikan kontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi cenderung tidak signifikan.
Sebab, selama ini Adib melihat PDB Indonesia lebih banyak ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. "Dengan domestic demand, sebesar 270 juta orang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif tidak terlalu dalam konstraksinya," ujar dia.
Hipmi memperkirakan ekonomi RI kuartal dua akan jeblok pada angka minus 4 sampai minus 5 persen. Namun, ia optimistis ekonomi bisa naik lagi pada kuartal III 2020. Sehingga, secara agregat pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai angka positif untuk keseluruhan tahun.
Hanya saja, Adib mengingatkan pemerintah agar bisa menjalankan program pemulihan ekonomi nasional secara efektif dan efisien. Dengan demikian, daya ungkit ekonomi yang sudah direncanakan pemerintah bisa berjalan dan Indonesia berhasil terhindar dari jurang resesi.
CAESAR AKBAR | RR ARIYANI