Pada Selasa lalu, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengumumkan bahwa secara kuartalan ekonomi Negeri Singa terkontraksi 41,2 persen pada April-Juni 2020. Adapun secara tahunan PDB Singapura tercatat menciut 12,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Otoritas Singapura memprediksi PDB negara tersebut akan menyusut 4-7 persen pada 2020 ini. Kementerian Perdagangan dan Industri melaporkan PDB Singapura menyusut 41,2 persen dari periode April hingga Juni. Sedangkan tiga bulan sebelumnya, PDB turun 3,3 persen. “Ini artinya Singapura telah memasuki masa resesi teknis, yang ditandai kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut,” begitu dilansir Channel News Asia.
Lalu bagaimana dampak resesi ekonomi Singapura terhadap perekonomian Indonesia? Badan Pusat Statistik atau BPS mengatakan kinerja perdagangan antara Indonesia dan negeri Singa masih relatif baik pada Juni 2020.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 20 Oktober 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada September 2017 turun dibanding bulan sebelumnya. Tempo/Tony Hartawan
"Bisa dilihat, Juni 2020 ekspor ke Singapura meningkat US$ 137,3 juta,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual. Kenaikan ekspor ke Singapura itu disumbang oleh logam mulia, perhiasan permata, mesin dan perlengkapan listrik, perlengkapan mekanis, juga tembakau dan rokok.
Di sisi lain, impor dari Singapura juga tercatat masih mengalami kenaikan sebesar US$ 129,2 juta selama Juni 2020. Kendati demikian, Suhariyanto mengaku masih belum bisa memprediksi kondisi perdagangan pada waktu-waktu ke depan. Khususnya, akibat adanya resesi di negara lain. "Seberapa dalam pengaruhnya kami akan lihat ke depannya,” ujarnya.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makro Ekonomi, Masyita Crystallin, yakin resesi di Singapura tidak terlalu berdampak secara langsung kepada Indonesia. Asalkan, fungsi Singapura sebagai trade hub dan pusat keuangan di Asia tidak terganggu.
Masyita menjelaskan, selama ini kegiatan ekspor dan impor Indonesia-Singapura dilakukan dalam fungsi Negeri Singa sebagai trade hub alias lokasi transit perdagangan dari negara lain ke Tanah Air atau sebaliknya. "Indonesia akan lebih terdampak jika terjadi downside risk terhadap perekonomian yang merupakan mitra dagang utama seperti Tiongkok misalnya, meskipun secara jarak geografis lebih jauh," ujar Masyita kepada Tempo.