Berbeda dengan pemerintah, Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah Redjalam mengatakan resesi adalah hal yang sulit dihindari dalam kondisi wabah seperti saat ini. Khususnya, bagi negara yang bergantung kepada ekspor impor seperti Singapura.
Piter pun memprediksi Indonesia akan mengalami resesi setelah tumbuh negatif dua kali berturut-turut, yaitu pada triwulan II dan triwulan III 2020. "Bahkan ini bisa berlanjut ke triwulan IV. Selama wabah masih berlangsung, kontraksi ekonomi sulit dielakkan," tuturnya.
Pada triwulan II, Piter memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar minus 4 hingga minus 5 persen. Kondisi itu akan berlangsung pada kuartal III yang diperkirakan tumbuh negatif 2 hingga negatif 3 persen.
Buruh pekerja bangunan menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa, 26 Juli 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan upah nominal harian buruh bangunan termasuk tukang bukan mandor pada Mei 2018 naik 0,12 persen dibanding April 2018, atau naik dari Rp 85.983,00 menjadi Rp 86.104,00 per hari pada Mei 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Selanjutnya, pada tiga bulan terakhir 2020, diperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia minus 1 sampai minus 2 persen. Sehingga, untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan minus 2 persen.
Indonesia, menurut Piter, sudah berada di ambang resesi dengan jatuhnya konsumsi dan investasi di Tanah Air belakangan ini. Ia mengatakan upaya dan kebijakan yang dilakukan pemerintah hanya bisa menahan dan mengurangi kontraksi ekonomi yang terjadi. Namun, selama pagebluk belum berlalu, resesi yang berimbas kepada peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan akan sulit dihindari.
Senada dengan Piter, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan berita resesi teknikal dari berbagai negara di dunia harusnya menjadi alarm bagi Indonesia. "Kita jelas tidak akan lolos dari imbas negatif," ujar Shinta kepada Tempo.
Perekonomian Indonesia, tutur dia, sudah dipastikan akan tumbuh negatif pada tiga bulan kedua 2020. Hal ini sesuai dengan perkiraan Kementerian Keuangan bahwa pada kuartal II 2020, Produk Domestik Bruto Indonesia bakal terkontraksi dengan kisaran minus 5,1 persen hingga minus 3,5 persen, atau titik tengahnya minus 3,8 persen.