TEMPO.CO, Jakarta - Pada Jumat, 5 Januari 2024, kecelakaan terjadi antara Kereta Api atau KA Turangga dengan kereta lokal Commuter Line Bandung Raya di lintas Haurpugur Cicalengka, KM181+700, Bandung.
Insiden ini memunculkan berbagai pertanyaan penyebab insiden di lintas Haurpugur Cicalengka tersebut. Apakah karena jalur kereta api di lintas itu masih berupa jalur tunggal alias satu jalur (single track), masalah pengiriman dan penerimaan sinyal, atau ada masalah lainnya?
Guru Besar Bidang Transportasi Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Sutanto Soehodho menyebutkan perlu dilakukan investigasi mendalam untuk mengetahui penyebab kecelakaan. Sebab, sistem signal dan single track di lokasi kecelakaan itu telah berfungsi sejak lama.
“Boleh jadi lalu lintas yang ada saat ini sudah cukup tinggi sehingga membutuhkan pelayanan lebih dari single track alias dibutuhkan sistem berbasis jalur ganda atau double track,” kata Sutanto kepada Tempo pada Jumat, 12 Januari 2024.
Menurutnya, double track bisa mengatasi pertumbuhan demand (permintaan) yang terindikasi oleh tingginya lalu lintas kereta.
Terkait sistem sinyal, Sutanto mengatakan, sistem komunikasi yang baik dan akurat menjadi kunci, terutama dalam pada single track. Jika satu kereta telah mendapatkan sinyal atau izin untuk masuk, kereta dari arah berlawanan harus secara tegas mendapat larangan jalan melalui sinyal yang sama.
Selanjutnya: “Dikomunikasikan kepada masing-masing masinis pada waktu yang tepat...."