Aditya menegaskan bahwa tumburan antar dua kereta jarang terjadi dalam 10 tahun terakhir di Indonesia. Lebih umum, kecelakaan melibatkan anjlok, tergulingnya kereta api, atau tumburan atau tabrakan dengan kendaraan di perlintasan sebidang. “Tentu hal ini perlu diperdalam lagi melalui investigasi dari KNKT,” ujar Aditya.
Lebih lanjut, Aditya menjelaskan, lintas Cicalengka-Haurpugur sedang direvitalisasi menjadi jalur ganda dengan sistem sinyal elektrik. Revitalisasi ini dapat menyebabkan transisi sistem kendali operasional kereta api yang mungkin tidak berjalan lancar.
“Terdapat potensi pula adanya transisi sistem kendali operasional kereta api yang mungkin tidak berjalan baik. Tapi kita tetap harus menunggu hasil investigasi KNKT,” ujar Aditya.
Aditya menambahkan proyek revitalisasi pada lintas Kiaracondong-Cicelangka berhasil diselesaikan untuk implementasi jalur ganda pada segmen Kiaracondong-Gedebage. Tahapan revitalisasi di wilayah Kiaracondong-Cicalengka menjadi lebih kompleks karena mencakup penggantian sistem persinyalan dari mekanik ke elektrik.
Agenda pengembangan selanjutnya, kata dia, melibatkan elektrifikasi jalur dengan instalasi jaringan listrik aliran atas, memungkinkan Kereta Rel Listrik (KRL) untuk menggantikan peran Kereta Api (KA) lokal Bandung Raya di masa yang akan datang. Keseluruhan proyek diharapkan dapat menaikkan standar keselamatan, efisiensi, dan kapasitas sistem perkeretaapian di daerah tersebut.
Sementara dengan adanya jalur ganda, menurut Aditya, diharapkan dapat meningkatkan keselamatan perjalanan kereta api. Jalur ganda mengurangi potensi tumburan kereta api yang berlawanan arah di petak yang sama.
“Jalur ganda akan meningkatkan kapasitas lintas, mempersingkat waktu tempuh dan menambah frekuensi perjalanan kereta api, karena kereta api tidak harus berhenti menunggu bersilang dengan kereta api berlawanan arah di stasiun,” katanya.
Pilihan Editor: Masalah di Stasiun Halim, Perjalanan LRT Jabodebek Sempat Terganggu