TEMPO.CO, Jakarta - Empalah, pedagang beras di Pasar Rawamangun Jakarta Timur mengeluhkan omzet penjualannya anjlok hingga 50 persen akibat lonjakan harga beras saat ini. "Sehari kan biasanya terjual setengah ton, sekarang paling banyak cuma 300 kilogram," ucap pria berusia 48 tahun itu saat ditemui di depan kiosnya, Rabu, 4 Oktober 2023.
Empalah berujar kenaikan harga beras sudah berlangsung lebih dari sebulan lamanya. Kini harga beras sudah menembus Rp 16.000 per kilogram, jauh melampaui harga eceran beras medium Rp 10.900 per kilogram.
Baca Juga:
Bank Indonesia melalui laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional mencatat, per 6 Oktober 2023, harga beras medium melambung ke level tertingi yakni Rp 18.450 per kilogram. Panel Harga Badan Pangan Nasional juga menunjukkan rata-rata harga beras medium per 8 Oktober 2023 sudah menyentuh angka Rp 13.200 per kilogram.
Untuk mengerem kenaikan harga beras, pemerintah melalui Perum Bulog telah menyalurkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar. Beras SPHP dibanderol Rp 10.900 dengan harapan dapat menurunkan harga komoditas ini di tingkat konsumen.
Operasi Pasar Beras oleh Bulog Tak Efektif
Empalah bercerita bahwa ia ikut menjual beras SPHP tersebut. Tak kurang dari 500 kilogram beras SPHP dari pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) itu ia jual. Sayangnya, belum ada satu pembeli pun yang membeli beras impor dari Vietnam tersebut.
Pasalnya, kualitas beras Bulog paling rendah dibandingkan beras medium lain. Hal itu terlihat dari tekstur dan warnanya. Warnanya, kata dia, lebih pucat dan tidak terlalu memiliki rasa.
"Susah peminatnya. Karena beras Bulog impor Vietnam ini kualitasnya kurang bagus. Ini kurang ada rasa, sepa," kata Empalah sambil menunjukkan perbandingan beras Bulog dengan beras medium lain.
Senada dengan Empalah, Yudi, pedagang beras lainnya di Pasar Rawamangun mengatakan beras SPHP Bulog yang didapatkan dari PIBC tidak banyak diminati pembeli. "Iya kurang kualitasnya, sih. Lebih bagus beras lokal. Sepi yang beli (beras Bulog)," tutur pria berusia 25 tahun itu saat ditemui di kiosnya di hari yang sama.
Baik Empalah dan Yudi kompak menyebutkan kenaikan harga beras tak kunjung berhasil diredam oleh adanya beras SPHP tersebut. Mereka berharap pemerintah segera mengambil langkah lainnya agar harga beras tak kian meroket tak terkendali.
Selanjutnya: Adapun per 2 Oktober 2023, Bulog telah ...