TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah operator moda transportasi bergegas meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi cuaca ekstrem di tengah libur Natal dan Tahun Baru atau Nataru kali ini.
PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) misalnya, terus berkoordinasi dengan BMKG dalam mengoperasikan armadanya. Tujuannya agar gangguan cuaca yang dapat berpengaruh terhadap layanan perseroan bisa diantisipasi.
Baca: Liburan Nataru, 1,2 Juta Kendaraan Gunakan Tol Trans Sumatera
Bukan tanpa alasan, kata Sekretaris Perusahaan ASDP Shelvy Arifin, perusahaan terus mengamati arus bawah laut yang cukup kuat selama cuaca ekstrem bulan ini. Kuatnya arus bawah laut itu berdampak pada proses sandar kapal.
Apalagi ada insiden di Pelabuhan Merak, Banten, pada Jumat pekan lalu. Satu unit mobil tercebur ke laut saat akan masuk ke KMP Shalem, kapal penyeberangan milik Surya Timur Lines, di Dermaga 2 Pelabuhan Merak. Suami-istri yang mengendarai mobil tersebut dievakuasi dan dirawat secara terpisah di Puskesmas Pulo Merak dan Rumah Sakit Krakatau Medika.
ASDP menyebutkan mobil tersebut tercebur karena pergerakan sauh. Kala itu, kendaraan berada tepat di lidah side ramp door kapal. "Kondisinya memang sudah dua minggu ini cuaca tidak kondusif. Makanya sempat beberapa hari lalu pelayanan Merak-Bakauheni ditutup sementara," kata Shelvy.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Indonesia (INACA), Bayu Sutanto. Ia menyebutkan pihaknya selalu memberikan pesan kewaspadaan kepada maskapai mengenai tren cuaca ekstrem selama musim libur Nataru.
“Kita selalu menyampaikan pesan kewaspadaan dengan terjadinya tren cuaca ekstrem saat mudik liburan nataru dan mengikuti prosedur keselamatan penerbangan,” ujar dia kepada Tempo kemarin.
Bayu menuturkan, visibility di setiap bandara akan berkurang setiap terjadi fenomena cuaca yang ekstrem. Selain itu setiap bandara juga akan berbeda-beda tingkat visibility-nya.
Dia pun meminta kepada karyawan perusahaan penerbangan untuk tetap sesuai dengan prinsip yang mengutamakan keselamatan penerbangan. Karena, kata Bayu, tentu dengan adanya fenomena cuaca ekstrem akan mempengaruhi jadwal take off dan landing yang ditunda. “Sehingga sejumlah besar penerbangan akan delay atau tertunda,” ucap Bayu.
Selain itu, dia melanjutkan, untuk kenyamanan penumpang, maskapai diharapkan selalu mengkomunikasikan kemungkinan terjadinya delay. “Juga sebelum keberangkatan pihak maskapai akan memberikan informasi tentang terjadinya delay akibat cuaca selama musim liburan Natar ini,” tutur Bayu.
Adapun peringatan cuaca ekstrem yang akan terjadi sepanjang liburan Nataru di beberapa daerah sebelumnya disampaikan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Ia mengatakan potensi cuaca ekstrem periode Nataru saat ini mengingatkannya kepada cuaca ekstrem yang terjadi pada periode yang sama dua tahun lalu.
Saat itu hujan lebat turun sepanjang malam tepat di malam pergantian tahun, tembus hingga pagi, dan menyebabkan banjir besar di Jabodetabek. Yang terkini memang menyerupai, meski intensitas hujan yang terjadi pada beberapa malam belakangan ini tak setinggi pemicu banjir besar tiga tahun lalu. Penyebabnya, menurut Dwikorita, level intensitas La Nina saat ini yang lemah.
Selanjutnya: “Bedanya, saat itu..."