TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa perusahaan rintisan atau startup menghadapi masa paceklik. Pengurangan karyawan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi salah satu opsi untuk bertahan di masa sulit tersebut.
Peneliti dari for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda berpendapat perusahaan rintisan harus mulai memikirkan untuk keluar dari jebakan bakar duit. "Kemudian juga harus pintar mencari VC (pendanaan modal ventura) yang dipercaya oleh beberapa perusahaan besar. Sehingga VC lainnya tertarik untuk memberikan pendanaan lanjutan," kata Nailul saat dihubungi Selasa, 31 Mei 2022.
Menurutnya, startup masih butuh pendanaan untuk bisa beroperasional. Karena itu ketika gagal mendapatkan pendanaan, biasanya mereka akan kelimpungan hingga tidak bisa beroperasi secara normal. Hal itu membuat startup melakukan layoff kepada karyawan untuk menghemat anggaran.
Metode promosi dengan membakar uang yang dilakukan startup, membuat mereka tergantung dengan VC atau sumber pendanaan lainnya.
Dia khawatir jika semakin sedikit pendanaan, kemudian startup semakin banyak dan eskponensial, bisa terjadi gelembung. Ditambah lagi nampaknya the Fed juga melakukan kebijakan pengetatan uang yang paling tidak, dapat berpengaruh negatif ke beberapa perusahaan startup digital di hampir seluruh dunia.
Kabar pengurangan karyawan startup datang dari platform teknologi pendidikan Zenius, kemudian disusul platform keuangan digital LinkAja, platform e-commerce JD.ID, dan TaniHub.