Lima Penyebab Startup PHK Karyawan
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat ada beberapa penyebab utama yang membuat startup melakukan PHK karyawan. Pertama, karena produk yang kalah bersaing, sehingga kehilangan market share secara signifikan.
"Kedua, kesulitan mencari pendanaan baru akibat investor lebih selektif memilih startup," kata Bhima saat dihubungi hari ini.
Ketiga, faktor makro ekonomi secara global penuh ketidakpastian, sehingga investor menghindari pembelian saham startup yang persepsi risikonya tinggi. Terlebih, kata dia, ada kenaikan inflasi dan suku bunga di berbagai negara saat ini.
Keempat, pasar mulai jenuh dan hipersensitif terhadap promo dan diskon. Jika aplikasi tidak berikan diskon, maka kata dia, pengguna menurun drastis."Jadi budaya mencoba layanan aplikasi karena promo atau cashback mulai berakhir," ujarnya.
Kelima, pandangan bahwa pascapandemi user digital masih akan tinggi mulai terbantahkan. Saat pandemi memaksa masyarakat untuk go digital, tapi ketika mobilitas dilonggarkan, banyak yang menggunakan kesempatan untuk belanja di toko fisik.
"Winter atau musim dingin di startup diperkirakan masih berjalan cukup lama," kata Bhima.
Menurutnya, para pendiri dan CEO harus mempersiapkan diri dari yang terburuk. Terlebih beberapa startup yang merugi, hanya mengandalkan pendanaan baru. Hal itu ibarat rumah kartu, ketika satu startup kehabisan pendanaan, sementara investor baru tidak tertarik membeli, maka fondasi startup akan runtuh.
Startup yang benar-benar melakukan inovasi yang memiliki nilai dan visi jangka panjang, akan selamat dari koreksi. Dia mengibaratkan saat ini sedang terjadi seleksi alam startup. Dia mencontohkan Amazon dan E-bay yang berhasil keluar dari Dotcom bubble 2001, menjadi dominan dipasar e-commerce sampai saat ini.
Dia menyarankan startup harus melakukan berbagai perombakan strategi, jika ingin bertahan. Perlu evaluasi ulang target pasar, ubah bisnis model apabila tidak memiliki prospek pasar yang kompetitif, fokuskan pada inovasi layanan atau produk, serta kolaborasi dengan pihak yang memang potensial.
Startup, kata dia, juga perlu menurunkan target pertumbuhan secara wajar/organik, prioritaskan tim manajerial yang solid dibandingkan hanya bertujuan mencari pendanaan, tapi produk tidak laku dipasaran.
"Utamakan revenue stream dan kualitas cashflow karena hal itu yang dilirik oleh investor saat ini," kata Bhima.