TEMPO.CO, Jakarta - Asnawi tengah khawatir. Ketua Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (JAPPDI) ini membayangkan bahwa pasokan sapi dan domba untuk kebutuhan di hari raya Idul Adha mendatang bakal tersendat akibat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang belakangan merebak.
“Pasti enggak bisa keluar dan dijual sapi dan dombanya," ujar Asnawi ketika dihubungi, Selasa, 10 Mei 2022. "Sedangkan para peternak di Jawa Timur kebanyakan peternak rakyat berharap satu tahun sekali. Mereka sudah membuat kandang bagus-bagus untuk momen Idul Adha ini."
Sejak ditemukannya 1.296 sapi yang terjangkit wabah PMK di Jawa Timur, kata Asnawi, tak sedikit para peternak yang kalang kabut. Isolasi yang diterapkan pemerintah otomatis memutus harapan satu tahun sekali para peternak untuk mendapatkan penjualan tertinggi hewan ternaknya. Padahal Jawa Timur adalah salah satu pemasok utama hewan ternak untuk kurban.
Kasus pertama dari wabah ini pertama kali ditemukan di Kabupaten Gresik, ada sebanyak 402 sapi terindikasi terjangkit PMK di lima kecamatan dan 22 desa pada 28 April 2022. Dinas Pertanian Jawa Timur menyebutkan, penyakit menular akut yang menyerang hewan ternak ini memiliki tingkat penularan 90-100 persen.
Pada 1 Mei 2022, kasus kedua dilaporkan di Kabupaten Lamongan dengan sebanyak 102 ekor sapi potong terindikasi PMK. Wabah di kasus kedua ini tersebar di tiga kecamatan, yang meliputi enam desa.
Di hari yang sama, ditemukan juga kasus PMK di Sidoarjo yang menjangkiti sapi potong sebanyak 595 ekor, sapi perah dan kerbau di 11 kecamatan. Kasus ini meliputi 14 desa. Kasus keempat pada 3 Mei 2022 di Kabupaten Mojokerto yang melaporkan ada 148 ekor sapi potong yang terinfeksi penyakit yang sama, tersebar di sembilan kecamatan yang meliputi 19 desa.
Surat Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur kepada Gubernur Jawa Timur tertanggal 5 Mei 2022 menyebutkan wabah ini telah terkonfirmasi lewat hasil uji sampel suspek PMK oleh laboratorium Pusat Veterineria Farma (Pusvetma).
Tanda klinis penyakit PMK adalah demam tinggi pada hewan ternak dengan suhu 39-41 derajat celcius, lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah hingga tidak mau makan. Lalu ada tanda klinis berupa pincang, luka pada kaki hingga lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.
Lebih jauh Asnawi menjelaskan, kebutuhan pasokan sapi untuk Idul Adha berbeda dengan kebutuhan saat hari lainnya. Pada momen hari raya itu, sapi harus memiliki fisik yang sempurna. Sedangkan, menurut Asnawi, sapi impor belum tentu memenuhi syarat hewan kurban.