“Jadi commercial area tetap perlu karena orang bisa datang, lihat stok barang, lihat contoh,” ujarnya.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, mengatakan supermarket atau gerai retail bisa mencari cara lain untuk tetap bertahan di masa mendatang di tengah gempuran e-commerce. Menurut Bhima, retail dapat banting serti ke produk barang tahan lama atau durable goods yang risikonya jauh lebih kecil.
“Barang kebutuhan pokok, khususnya makanan masuk, kategori perishable goods atau barang yang punya tenggat kedaluwarsa tidak layak konsumsi membutuhkan treatment khusus,” ujar. Ketika konsumsi masyarakat turun, dia berujar retail akan merugi karena stok bahan makanan membusuk.
Hero Group telah mengumumkan akan menutup lebih dari 80 gerainya di seluruh Indonesia. Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall mengatakan keputusan itu merupakan hasil dari tinjauan strategis yang dilakukan di masing-masing portofolio perusahaan yang meliputi Hero Supermarket, Guardian, IKEA, dan Giant.
“Hero Supermarket, Guardian, dan IKEA merupakan tiga brand yang berperforma kuat selama beberapa tahun terakhir dan kami percaya prospeknya juga tetap kuat di masa depan. Kalau kita mengambil satu langkah ke belakang, tentu saja keputusan ini tidak datang dalam waktu cepat,” ujar Patrik.
Patrik mengatakan, peretail di berbagai negara, seperti Walmart (Amerika Serikat), Carrefour (Prancis), Tesco (Inggris) sudah menjauh dari industri hipermarket atau supermarket. Hal itu terjadi karena ada perubahan perilaku belanja konsumen yang lebih memilih berbelanja di toko yang lebih kecil dan dekat dengan tempat tinggal. “Dan kami melihat tren yang sama itu juga terjadi di Indonesia,” ujarnya mengenai penutupan gerai Giant.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS