"Mohon maaf pak gubernur, dalam penyusuran kali Ciliwung sepanjang 33 kilometer, yang sudah ditangani normalisasi 16 kilometer, itu aman dari luapan. Sementara yang belum dilakukan normalisasi, itu tergenang," kata Menteri Basuki di Monas, Jakarta, Rabu.
Basuki menjelaskan kendala belum dilakukan normalisasi karena banyaknya pemukiman masyarakat di bantaran sungai. Srmentara lebar sungai Ciliwung sudah sangat berkurang.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan tidak semua sistem drainase Ibu Kota berfungsi yang berbuntut banjir Jakarta.
Menurut Nirwono, curah hujan yang tinggi seharusnya dapat tertampung jika drainase berfungsi. Sayangnya, lanjut dia, hingga kini hanya 33 persen saluran air di Ibu Kota yang berfungsi dengan baik.
"Curah hujan tinggi dapat tertampung dengan baik dan mengantisipasi banjir kalau drainase DKI berfungsi," kata Nirwono saat dihubungi, Rabu malam, 1 Januari 2020.
Nirwono menilai pemerintah DKI tak siap menghadapi banjir. Menurut dia, ada beberapa sebab. Pertama, program penataan di bantaran kali yang terhenti karena perbedaan konsep antara normalisasi dan naturalisasi. Selain itu, pembebasan lahan di bantaran pun tidak berlanjut.
Kedua, revitalisasi situ, danau, embung, dan waduk berjalan lambat. Ketiga, penambahan ruang terbuka hijau (RTH) baru yang tidak signifikan membuat daerah resapan air tak bertambah banyak.
ANTARA l LANI DIANA