Impor Beras Dianggap Merugikan Petani
Sekretaris Jenderal Aliansi Petani Indonesia Muhammad Nurrudin menyebut, rencana pemerintah untuk melakukan impor beras untuk memenuhi kebutuhan bantuan pangan beras dan operasi pasar membuat petani ketar-ketir. Alasannya, bantuan beras yang pasokannya berasal dari impor berpotensi menekan harga beras petani pada panen raya mendatang.
Bahkan, katanya, tanpa tambahan impor pun, harga beras diperkirakan turun karena musim hujan mulai tiba. Hal ini membuat rendemen padi di bawah 60 persen, dengan kadar air mencapai 20 persen. “Harga bisa-bisa di bawah Rp 5.000 per kilogram dan semakin tertekan karena impor,” ujar Muhammad.
Guru besar Institut Pertanian Bogor Dwi Santosa juga mengkritik rencana tambahan impor 2 juta ton beras pada 2024. Ia menilai, impor tersebut cenderung jorjoran, kendati Bulog mengatakan masih akan mengutamakan penyerapan dari petani lokal.
Ia yakin, gempuran beras impor itu akan terus menghantam harga gabah petani. Padahal, jika harga petani turun di bawah Rp 6.000 per kilogram, petani bisa rugi. “Saya perkirakan dengan nafsu impor yang besar, harga bisa turun terus di bawah Rp 6.000 dalam waktu yang tidak lama lagi. Maka petani bisa rugi,” kata Andreas.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menyebut kebijakan memberikan bantuan pangan beras memang terlalu memaksakan dan merugikan petani. Bantuan pangan beras diberikan di tengah stok Bulog yang terbatas dan kondisi ini membuat Bulog perlu melakukan impor beras yang berpeluang membuat petani rugi. “Seharusnya pemerintah melindungi petani, sehingga wajar saja jika kebijakan ini dimaknai bermuatan politis,” kata Trubus.
Selanjutnya: Bantahan Bapanas...