Sedangkan, secara tahunan inflasi pada Oktober 2023 yaitu sebesar 2,56 persen (year-on-year/yoy). Namun, bila dibandingkan dengan laju inflasi yoy Oktober 2022 sebesar - 1,11 persen (deflasi), lonjakan harga pada bulan lalu cukup signifikan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan bahwa inflasi bulanan pada Oktober 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu.
"Tingkat inflasi bulanan pada Oktober 2023 lebih rendah dari bulan sebelumnya mtm. Namun, inflasi lebih tinggi jika dibanginkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu yoy," ujar Pudji dalam konferensi pers pada Rabu, 1 November 2023.
Pudji menyebut, kelompok pengeluaran yang menyumbang inflasi bulanan terbesar adalah transportasi dengan inflasi sebesar 0,55 persen dan andil inflasi 0,07 persen. Selain itu, komoditas lain yang juga menyumbang laju kenaikan harga bulanan terbesar adalah beras, dengan andil inflasi sebesar 0,06 persen, bensin sebesar 0,04 persen seiring dengan adanya penyesuaian harga BBM non subsidi, cabai rawit 0,03 persen, dan tarif angkutan udara 0,02 persen.
Soal melambungkan sejumlah harga komoditas diamini Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau Ikappi. Bahkan Ikappi mencatat harga komoditas telah melambung hingga lebih dari 50 persen. "Semua jenis cabai di hampir semua wilayah mengalami kenaikan," kata Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan kepada Tempo, Ahad, 5 November 2023.
Tidak hanya cabai, bahan kebutuhan pokok lainnya juga terus meroket. Antara lain beras, bawang putih, dan daging ayam. Dia berujar harga beras medium saat ini sekitar Rp 12.900-Rp 13.000 per kilogram. Angka tersebut jauh dari harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 10.900 per kilogram.
Reynaldi menyatakan persoalan kenaikan harga bahan pokok harus segera dipecahkan oleh pemerintah. Ikappi telah mendesak agar pemerintah segera melakukan pemetaan produksi di dalam negeri dan data jumlah kebutuhan nasional. Dengan begitu, pemerintah dapat memutuskan langkah antisipasi sebelum harga pangan kian menanjak.
Selain itu, ia menyarankan agar pemerintah melakukan percepatan musim tanam. Apalagi hujan saat ini sudah mulai turun di Tanah Air, ia memperkirakan musim tanam bisa dilakukan lebih cepat. Misalnya penanaman komoditas padi pada November, sehingga bisa panen sekitar Januari.
"Galakkan produksi di sentra produksi kita sehingga di bulan-bulan panen raya, kita sudah bisa tahu hasilnya untuk memastikan kebutuhan di dalam negeri," ucap Reynaldi.
Apalagi saat ini untuk menunggu pasokan dari impor akan semakin sulit. Pasalnya, fenomena alam kekeringan panjang atau El Nino membuat masing-masing negara di dunia melindungi pasokan pangannya. Alhasil, negara-negara produsen pun membatasi bahkan menghentikan ekspor.