Musababnya, tutur Emil, listrik di Indonesia masih bertumpu pada bahan bakar fosil dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang sepenuhnya di satu tangan yakni PLN. "Sehingga keseluruhan listrik bertumpu pada listrik batu bara yang justru menjadi kunci dari pencemaran udara," kata dia dalam acara dialog nasional di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta Pusat, Senin, 21 Agustus 2023.
Emil tak menampik penggunaan mobil listrik lebih ramah lingkungan. Namun selama masih bergantung pada listrik dari batu bara, ia menilai kebijakan tersebut hanya menggeser pencemaran udara dari bahan bakar minyak (BBM) ke batu bara.
Karena itu, ia menilai pokok masalah dalam polusi udara di Indonesia masih berpusat pada kebijakan energi. "Ada kegalauan kebijakan di sepanjang upaya pengurangan emisi ini. Saya melihat belum ada ketegasan bahwa kita mau mengendalikan Co2 agar bisa mengendalikan perubahan iklim," ucapnya.
Silang pendapat soal pemicu utama polusi udara yang tak kunjung berkesudahan ini juga yang berikutnya dikhawatirkan membuat kebijakan pemerintah tak efektif dalam mencari solusi. Sementara itu, dampak nyata di depan mata sudah terlihat jelas. Salah satunya adalah lonjakan jumlah pasien yang terkena Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) hingga 200 ribuan orang akibat buruknya kualitas udara di Jakarta.
AMELIA RAHIMA SARI | RIANI SANUSI PUTRI | ANTARA
Pilihan Editor: Perkantoran Swasta Diimbau WFH selama KTT ASEAN Ke-43, Demi Kurangi Polusi Udara