Benarkah PLTU Penyumbang Utama Polusi Udara di Jakarta?
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan polusi udara di Jakarta bukan bersumber dari PLTU. Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK Luckmi Purwandari menyebut citra satelit yang menggambarkan sumber polusi udara dari PLTU adalah hoaks.
"Foto itu sudah beredar dan kami sebenarnya sudah melakukan kajian. Kalau dilihat di website copernicus sentinel-5p satellite menunjukkan bagaimana nitrogen dioksida di udara itu seperti apa," ujar Luckmi di Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2023.
Menurut Luckmi, data dari laman copernicus sentinel-5p satellite menunjukkan arah angin bukan ke Jakarta, berbeda dengan gambar simulasi yang tersebar media sosial. "Berdasarkan inventarisasi emisi dari berbagai riset beberapa tahun terakhir, pembuangan emisi dari sektor transportasi memang menjadi penyebab utama polusi di Jakarta, disusul industri," kata dia.
Sedangkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN meyakini bahwa pembangkit listriknya, termasuk PLTU Suralaya, bukan kontributor utama polusi udara di Jakarta. Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan pembangkit listrik di sekitar ibu kota telah dilengkapi dengan teknologi ramah lingkungan, seperti Electrostatic Precipitator (ESP) dan Continuous Emission Monitoring System (CEMS).
Teknologi itu terpasang pada tiap-tiap cerobong pembangkit listrik untuk memastikan emisi gas buang, termasuk PM 2.5 mampu ditekan dengan maksimal. “ESP merupakan teknologi ramah lingkungan pada PLTU yang berfungsi untuk menangkap debu dari emisi gas buang dengan ukuran sangat kecil," kata Edwin pada keterangan tertulis yang diterima Tempo, Kamis, 24 Agustus 2023.
ESP nantinya memberi muatan negatif kepada abu hasil pembakaran melalui beberapa elektroda. Jika abu diteruskan ke dalam sebuah kolom yang terbuat dari plat dengan muatan lebih positif, maka secara alami abu akan tertarik oleh plat bermuatan positif tersebut.
Abu hasil pembakaran akan terakumulasi, lalu sebuah sistem rapper khusus akan membuat abu tersebut jatuh ke bawah dan keluar dari sistem ESP. "Efisiensi penyaringan abu dengan ESP mampu mencapai 99,99 persen," tutur dia.
Selain itu, lanjut dia, PLN juga melakukan pemasangan Low NOx Burner dan pemilihan batubara rendah sulfur (Coal Blending) pada setiap PLTU. Dengan begitu, emisi yang dikeluarkan PLTU selalu aman dan berada di bawah ambang batas pemenuhan baku mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 15 Tahun 2019.
Sedangkan CEMS digunakan untuk memantau emisi pembangkit secara terus menerus sehingga emisi yang keluar dari cerobong dapat dipantau secara real time, serta dipastikan tidak melebihi baku mutu udara ambien yang ditetapkan KLHK.
Buktinya, KLHK menyematkan sedikitnya sembilan penghargaan Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan) emas kepada PLTU milik PLN, termasuk PLTU Suralaya. Pemberian Proper emas itu dinilai sudah beyond alias di atas standar baku mutu, sebab jika sesuai standar KLHK maka akan mendapatkan Proper biru.
Selanjutnya: Gaikindo klaim emisi gas buang...