Danar sebenarnya pesimistis bisa mendapat tiket hingga batas akhir besok Jumat. Selain uangnya belum terkumpul Rp 11 juta, dia juga menyadari persaingan ketat yang terjadi selama war. Buktinya, dari tiga perangkat komputer yang dia gunakan bersama temannya untuk war, hasilnya belum sesuai harapan. Namun, dia meyakini ada jalan lain yang bisa mengantarkan menyaksikan Coldplay di GBK.
Di sisi lain, Danar mengkritisi langkah promotor yang terlalu buru-buru membuka penjualan tiket. Sejak pengumuman, hanya ada jeda sepekan hingga penjualan tiket dibuka. Walhasil, dia kurang siap dari pendanaan. Terlebih, penjualan tiket dibuka sebelum gajian.
"Padahal kan bisa bulan depan (jual tiketnya)," kata Danar. "Mana ini tanggal belasan. Pusing banget, belum gajian. Tanggal tua. Yang pengin banget nonton Coldplay dan menunggu sejak lama, pasti bakal menghalalkan segala cara," ujar Danar.
Danar juga meyayangkan praktik calo yang sempat dia dapati dari penawaran tiket di marketplace. "Terakhir lihat ada yg Rp 13 juta jadi Rp 16 juta," tuturnya.
Menurut Danar, perkara calo ini mesti menjadi bahan evaluasi bersama. Selain promotor, ia menilai pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), seharusnya bisa mengantisipasi dan punya cara jitu untuk menutup peluang percaloan.
"Kalau satu orang dibatasi maksimal empat tiket, ya calo bisa saja beli. Ada bosnya. Untungnya juga pasti banyak," kata Danar. "Ini catatan untuk Kemenparekraf. Supaya ada evaluasi agar pergelaran-pergelara event lebih rapi."
Selanjutnya: Geliat Ekonomi dari Special Event....