TEMPO.CO, Jakarta - Setahun perang Ukraina, belum ada tanda-tanda akhir pertempuran. Ukraina yang kini dilihat Rusia tidak sama dengan Ukraina di hari pertama mereka menginvasi, 24 Februari 2022. Saat ini, Ukraina ditemani dan didukung penuh oleh kekuatan-kekuatan Barat dan sekutunya. Berbagai bantuan datang untuk mencoba menegakkan kembali Ukraina yang compang-camping digempur Rusia, mulai dari sanksi-sanksi ekonomi dan pengucilan politik untuk menekan lawan hingga janji-janji persenjataan, seperti tank-tank tempur canggih.
Sebaliknya, Rusia kini babak belur dihujani sanksi-sanksi dan pengucilan-pengucilan dari Barat dan sisa dunia. Meski pasukannya sudah tidak segagah di awal invasi, Presiden Rusia Vladimir Putin masih gigih membela perangnya di Ukraina sebagai pertempuran eksistensial untuk kelangsungan hidup Rusia. Putin semakin menampilkan perang sebagai momen penentu dalam sejarah Rusia, dan mengatakan bahwa dia yakin masa depan Rusia dan rakyatnya berada dalam bahaya.
Putin masih bisa berdiri tegar karena ternyata sanksi-sanksi Barat sejak awal invasi hingga kini belum membuatnya goyah. Beberapa pekan sebelum Rusia menginvasi Ukraina setahun lalu, Presiden Joe Biden berusaha mencegahnya dengan memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang "konsekuensi ekonomi yang belum pernah dilihatnya".
Namun, sejauh apa pengucilan dan sanksi-sanksi ekonomi ke Rusia berdampak pada masa depan perang Ukraina?
Sejarah Buruk Sanksi
Ketika Kremlin memulai serangannya, Amerika Serikat dan lusinan sekutunya telah siap melepaskan serangkaian sanksi dan pembatasan perdagangan yang ditujukan untuk melumpuhkan keuangan Rusia, mengisolasi ekonominya, dan membuat para elite yang berpihak pada Putin menjadi paria.
Dampak awal dari sanksi tampak mematikan, menyebabkan rubel ambruk, sistem perbankan bergetar dan perusahaan di seluruh dunia berhenti mengekspor barang-barang penting ke Rusia.
Setahun kemudian, Time menulis Rusia mungkin menjadi negara yang menerima sanksi ekonomi terbanyak di dunia, selain Iran. Lebih dari 11.000 pembatasan baru telah diterapkan pada individu, perusahaan, produk, dan teknologi Rusia. Meskipun banyak pembatasan semacam itu sangat mengesankan, "sanksi dari neraka" sejauh ini belum memberikan sebanyak yang diharapkan. Sepanjang 2022, ekonomi Rusia secara umum menentang ramalan kiamat.
Rusia tetap lebih tangguh dari yang diperkirakan banyak orang, berkat ekspor minyak dan gasnya, manuver cekatan oleh bank sentralnya dan rebound baru-baru ini dalam perdagangan dengan China, India dan lainnya yang memungkinkan beberapa teknologi terlarang menyelinap masuk. Sanksi Barat memang sangat melukai ekonomi dan militer Rusia dan menyebabkan gesekan di antara para elite—tetapi tidak cukup untuk mengubah perilaku Putin dan mengakhiri perang.