Menurutnya, Kemenkes telah berhasil melakukan surveilans untuk mendapatkan berbagai laporan kasus virus yang telah terjadi beberapa wilayah di Indonesia. Maxi mengatakan wilayah itu yakni Sumatera, Papua, dan Kalimantan. Adanya kesuksesan yang dilakukan Kemenkes, Maxi menyebut juga berdasarkan hasil kerja sama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan pihak Rumah Sakit yang tanggap untuk melaporkan kejadian itu kepada provinsi hingga Kemenkes.
Sementara itu, Indonesia disebut memiliki potensi high risk atau risiko tinggi terkena dampak virus Polio. Maxi mengungkapkan sebanyak 30 provinsi dan 415 kabupaten atau kota masuk kriteria tinggi terkena dampak virus itu. Sehingga, dia menilai bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat riskan terjadi kondisi KLB Polio.
Meskipun demikian, Kemenkes telah melakukan upaya pencegahan dengan melakukan program bulan imunisasi nasional atau Bian. Program tersebut dilakukan dengan memberikan jenis vaksin Polio yang sudah dialihkan menjadi jenis obat tetes atau bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV). Maxi mengungkapkan pihaknya mengejar untuk mencapai target yang belum dicapai ke seluruh wilayah Indonesia.
"Nah yang kita kejar imunisasi rutin itu Inactivated Polio Vaccine (IPV) karena sangat rendah sekali. Untuk mempertahankan dan melakukan eradikasi di dunia ini kombinasi OPV maupun IPV tidak mungkin kalau cuma OPV, jadi IPV ini betul-betul harus dilakukan di seluruh wilayah Indonesia ya melalui Bian," jelas Maxi.
"Kami akan melakukan outbreak response dengan imunisasi untuk cakupan rutin ditingkatkan di Pidie dimulai 28 Oktober kami targetkan selesai dalam sepekan dan tanggal 5 Desember di seluruh kota kabupaten wilayah Aceh," jelasnya.
Maxi mengungkapkan imunisasi Polio itu akan diberikan kepada anak berusia 13 hingga 15 tahun. "Di samping itu kami lakukan surveilans aktif siapa tahu ada kasus belum dilaporkan," kata dia.
MUH RAIHAN MUZAKKI
Baca: Menkes Sebut Sudah Dua Pekan Tidak Ada Kasus Baru Gagal Ginjal Akut
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.