TEMPO.CO, Jakarta -Aset koin kripto sedang mengalami musim dingin—sebutan untuk jatuhnya harga koin kripto. Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) pada Agustus 2022 transaksi kripto sebanyak Rp 16,9 triliun merosot drastis dari nilai transaksi Agustus 2021 yang mencapai Rp 99,91 triliun.
Nilai transaksi Januari-Agustus 2022 juga turun 56,33 persen jika dibandingkan dengan periode Januari-Agustus tahun lalu yang mencapai Rp 570,79 triliun. Namun, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya menilai pasar kripto dalam negeri aman, meski transaksi sedang menurun tapi pasar masih kondusif.
“Karena nasabah atau investornya ada di platform resmi crypto trading yang terdaftar di Bappebti. Jadi sudah jelas terukur kapasitas orangnya dan keberadaannya,” ujar dia kepada Tempo pada Rabu malam, 5 Oktober 2022.
Walaupun bergejolak cenderung turun, kata Tirta, banyak pengamat kripto yang menyampaikan bahwa aset yang kapitalisasi pasar besar masih akan bertahan. Sedangkan di pasar kripto dalam negeri masih kondusif, karena aset kripto yang diperdagangkan hanya yang terdaftar di Bappebti atau sudah lulus penilaian.
“Jadi bisa dibilang meski pasarnya lesu sama dengan pasar globalnya dan menurun daripada tahun lalu, tapi transaksi masih tetap ada dan nasabah terus bertambah,” tutur Tirta.
Tirta meyakini optimisme pasar bahwa nilai aset kripto akan pulih dalam beberapa tahun mendatang. Karenanya, periode ini bisa menjadi kesempatan bagi para pemangku kepentingan untuk memperbaiki herbagai hal dalam industri kripto.
“Pelaku perdagangan dapat meningkatkan atau memperbaiki fitur-fitur di platformnya,” kata Tirta. Sementara itu, pemerintah membenahi sisi regulasi untuk menyambut pulihnya pasar di masa mendatang.