Siapa Mau beli saat Musim Dingin Kripto
Praktisi investasi Desmond Wira menyebut musim dingin kripto terjadi secara global, termasuk di Indonesia. Hal ini terlihat dari sepinya aktivitas di pasar kripto. “Siapa yang mau beli kripto kalau kondisinya seperti ini. Setiap kali beli, harganya cenderung turun,” kata dia.
Menurut Desmond, sebagian besar investor kripto saat ini sedang menunggu. Mereka yang masih memegang aset cenderung tidak menjual koinnya. Sedangkan calon pembeli masih mengamati pergerakan di depan. Bahkan menurutnya, masa kelam ini tidak hanya terasa di koin kripto, tapi juga di pasar non-fungible token (NFT).
Desmond mengatakan kripto kemungkinan bisa bergeliat kembali ketika suku bunga tinggi sudah reda. Namun, bisa juga terus menurun karena kripto bukan aset untuk investasi, tapi hanya untuk spekulasi. “Kalau aset lain seperti saham, saya percaya bisa pulih karena ada aset riilnya,” ujar Desmond.
Harga koin kripto memang terpantau terus merosot dari waktu ke waktu. Menyitir data dari coinmarketcap.com, Bitcoin dan Ethereum harganya anjlok signifikan apabila dibandingkan setahun sebelumnya.
Pada Minggu, 25 September 2022 harga Bitcoin tercatat berada di level US$ 19.066 per koin, atau turun 55,37 persen dari harga setahun sebelumnya US$ 42.717 per koin. Namun, pada Kamis, 6 Oktober 2022 harga Bitcoin tercatat berada di level US$ 20.300 per koin, atau naik 4,3 persen dari harga pekan lalu.
Sedangkan harga Ethereum juga anjlok sekitar 54,89 persen dari US$ 2.926 per koin pada 25 September 2021 menjadi US$ 1.320 pada tanggal yang sama tahun ini. Dan per hari ini harga Ethereum naik 2,66 persen menjadi US$ 1.373 daripada harga minggu lalu.
Dampak Musim Dingin Kripto
Sejumlah perusahaan perdagangan di dalam dan luar negeri turut terdampak kelesuan aset kripto ini. Perusahaan pemberi pinjaman kripto Celsius Network dan perusahaan penyedia data kripto Compute North Holding, misalnya, kini sedang dalam proses kebangkrutan di Pengadilan Kepailitan di Amerika Serikat.
Di dalam negeri, Tokocrypto mengumumkan pemberhentian 45 karyawannya. Langkah itu dilakukan seiring dengan rencana perusahaan memfokuskan bisnis ke lini usaha utamanya sebagai platform pertukaran aset kripto. Sementara itu, lini usaha lain seperti T-Hub dan TokoMall akan menjadi entitas berbeda.
Di tengah gejolak industri kripto, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya meyakini optimisme pasar bahwa nilai aset ini akan pulih dalam beberapa tahun mendatang tetap besar. Karena itu, ia mengatakan periode ini bisa menjadi kesempatan bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki berbagai hal dalam industri kripto.
Misalnya, pelaku perdagangan dapat meningkatkan atau memperbaiki fitur-fitur di platformnya, sementara pemerintah membenahi sisi regulasi untuk menyambut pulihnya pasar di masa mendatang. "Tanggungjawab pemerintah memberikan regulasi yang mengamankan bagi konsumen dan kondusif bagi pelaku, sedangkan pasar tergantung global," ujar Tirta.
Direktur Riset Center of Reform on Economics, Piter Abdullah, sepakat bahwa pergerakan aset kripto sangat dipengaruhi tren global. Namun, ia menekankan bahwa jatuhnya harga kripto bukan hanya disebabkan faktor tunggal seperti pengetatan likuiditas.
"Banyak faktor lain yang menyebebkan kejatuhan aset kripto, misalnya karena tidak memiliki underlying value, sehingga ketika masyarakat kehilangan kepercayaan maka nilainya akan jatuh tanpa ada yang bisa menahan," ujar Piter. "Karena itu lah aset kripto disebut sangat berisiko."
KHORY ALFARIZI | CAESAR AKBAR | KODRAT SETIAWAN | VINDRY FLORENTIN
Baca Juga: Alasan Bappebti Sebut Kripto Masih Prospektif Meski Transaksi Anjlok 56,35 Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini