TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan, baik tua maupun muda, dan dari segala kelas sosial, menjadi garda terdepan dalam demo Iran yang telah berlangsung selama 11 hari terakhir.
Unjuk rasa yang kini meluas di 85 kota dan 14 provinsi di seluruh Iran itu dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi berusia 22 tahun yang tewas di tangan polisi moral karena tak mengenakan hijab.
Kemarahan para perempuan Iran dituangkan dalam teriakan lantang: perempuan, hidup dan kebebasan. Tak hanya itu. Mereka membuka jilbab mereka dan membakarnya. Ada pula yang memotong rambut dan menggunduli kepalanya di depan umum, sebuah aksi yang dianggap melanggar moral di Iran.
Ribuan orang pun ditahan dalam unjuk rasa di berbagai wilayah Iran, termasuk di Kurdistan, kampung halaman Amini. Bahkan, puluhan nyawa terampas dalam demo besar-besaran sejak tiga tahun terakhir. Salah satu korban tewas adalah Hadis Najafi.
Perempuan berusia 20 tahun itu tewas diberondong enam peluru saat sedang melakukan aksi protes tanpa jilbab. Menurut laporan Newsweek pada Senin lalu, Najafi yang beraksi dengan rambut pirang terurai, dilaporkan telah dibunuh oleh pasukan keamanan Iran selama demonstrasi di kota Karaj, dekat Teheran.
Rambut pirang Najafi muncul berbagai video pendek yang menjadi viral di media sosial. Beberapa video menunjukkan dia menghadapi pasukan polisi Iran tanpa mengenakan jilbab.
Penggunaan jilbab di depan umum telah menjadi kewajiban bagi perempuan di negara ini—terlepas dari keyakinan atau kebangsaan mereka—sejak 1983. Atau, empat tahun setelah revolusi 1979.
Tapi Najafi, seperti banyak wanita Iran lainnya dalam beberapa hari terakhir, menghadapi petugas polisi dengan rambut terbuka, dan tertangkap kamera mengikat rambutnya dengan karet gelang. Mereka membuat pernyataan besar menentang undang-undang yang sama yang menyebabkan kematian Amini.
Amini ditangkap pada 13 September lalu saat sedang berlibur dengan keluarganya ke Teheran, Ia ditangkap karena hijab yang dipakainya dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.
Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.