Antrean panjang di depan bank di Kabul, Afghanistan, 1 September 2021. Sebelumnya pada Sabtu (28/8), Taliban telah memerintahkan bank untuk dibuka kembali dan memberlakukan batasan penarikan tunai hingga 20.000 Afghani atau sekitar Rp3,6 juta. REUTERS/Stringer
Mantan Gubernur Bank Sentral Afghanistan yang kabur dari Kabul, Ajmah Ahmady, mengatakan PDB Afghanistan akan terus merosot jika Afghanistan tidak dibantu dan aset di luar negeri tidak dibuka. Estimasinya, PDB akan menurun 10-20 persen.
Utusan khusus PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, mengatakan hal senada. Menurutnya, perlu segara dicari cara agar uang bisa masuk ke Afghanistan dengan mudah. Jika tidak, ekonomi Afghanistan akan mengalami kerusakan parah yang ditandai dengan menurunnya nilai tukar, naiknya harga bahan pokok, serta kurangnya uang tunai di bank.
"Perlu ada ruang nafas untuk perekonomian Afghanistan, setidaknya untuk beberapa bulan. Beri kesempatan pada Taliban untuk berbenah, terutama dalam hal HAM, gender, dan kontra terorisme," ujar Lyons.
Sekjen PBB Antonio Guterres menambahkan, Afghanistan membutuhkan bantuan ekonomi setidaknya US$660 juta untuk bisa bertahan hidup sementara waktu.
Pengakuan oleh komunitas internasional akan mempermudah Taliban untuk mendapat bantuan sebanyak-banyaknya dari komunitas internasional. Saat ini, mayoritas bantuan lebih banyak datang dari Cina dan Pakistan. Bahkan, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengakui bahwa keberlanjutan Afghanistan bergantung banyak pada Cina untuk saat ini.
Menurut laporan Al Jazeera, Cina menawarkan bantuan senilai US$31 juta. Hal itu sudah termasuk vaksin untuk warga Afghanistan mengingat berbagai fasilitas kesehatan tutup karena masalah ekonomi. Sementara itu, Pakistan memberikan bantuan berupa bahan pokok dan obat-obatan. Walau begitu, hal itu belum ideal.
"Sebenarnya negara-negara Barat bertanggung jawab memberikan bantuan ekonomi, kesejahteraan, dan kemanusiaan ke warga Afghanistan, termasuk menjaga stabilitas di sana," ujar Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi. Wang Yi memandang krisis di Afghanistan sedikit banyak disebabkan penarikan pasukan oleh Amerika dan NATO