TEMPO.CO, Jakarta - Penandatanganan kontrak antara PT Amarta Karya (Persero) bersama Kiniku Bintang Raya KSO dan PT Bintang Raya Lokalestari awal bulan ini menjadi pupuk pertama mimpi megaproyek Bukit Algoritma di Sukabumi, Jawa Barat. Proyek yang diinisiasi oleh politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko itu digadang-gadang bakal menjadi Sillicon Valley versi Indonesia.
Proyek tersebut direncanakan menelan biaya investasi sebesar sekitar 1 miliar euro atau sekitar Rp 18 triliun. Nilai tersebut dapat ditingkatkan sesuai dengan pengembangan ekosistem value chain yang akan dikerjakan secara bertahap. Dalam acara penandatanganan kontrak itu, Budiman Sudjatmiko mengatakan bahwa Bukit Algoritma laksana Silicon Valley di AS, diharapkan menjadi pusat riset, serta pengembangan sumber daya manusia di masa depan.
“Muda mudi anak bangsa telah banyak yang menorehkan prestasi dan menciptakan inovasi di kancah global. Kelak, kawasan ini akan menjadi salah satu pusat untuk pengembangan inovasi dan teknologi tahap lanjut, seperti misalnya kecerdasan buatan, robotik, drone (pesawat nirawak), hingga panel surya untuk energi yang bersih dan ramah lingkungan,” kata Budiman.
Budiman mengatakan proyek itu merupakan mimpi jangka panjang. Untuk tahap pertama selama tiga tahun, Amarta Karya akan menjadi mitra kepercayaan untuk membangun infrastruktur, termasuk akses jalan raya, fasilitas air bersih, pembangkit listrik, gedung konvensi, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Dalam berbagai kesempatan, termasuk melalui media sosialnya, Budiman mengatakan proyek itu akan dibiayai oleh pendanaan dari investor swasta.
"Investor sudah bertemu dengan kami untuk mengerjakan kawasannya,” ujar Budiman saat dihubungi pada Senin, 12 April 2021.
Budiman enggan menyebutkan nama investor dan asal pasti negara yang akan menjadi pemodal. Namun ia menyebut, selain negara di Amerika Utara itu, ada beberapa pihak lainnya yang diklaim telah menyatakan minat ikut mengembangkan proyek lembah silikon itu.
“Yang sudah menyatakan minat ada salah satu negara Eropa Barat, kemudian Timur Tengah, dan dua negara Asia,” ujar Budiman Sudjatmiko.
Satu dari dua negara di Asia tersebut berniat mengisi tenant untuk pengembangan riset energi baru dan terbarukan. Sedangkan satu negara lainnya berminat menanamkan modal untuk mengembangkan kawasan dengan nilai investasi sebesar 200 juta euro.